Kamis 23 Apr 2020 18:57 WIB

Ventilator Milik Stephan Hawking Disumbangkan ke Rumah Sakit

Inggris menghadapi krisis persediaan ventilator seiring bertambahnya pasien.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Keluarga fisikawan ternama, Stephen Hawking menyumbangkan ventilatornya ke rumah sakit yang telah merawatnya di Cambridge. Ventilator tersebut akan digunakan untuk pasien yang menjalani perawatan akibat infeksi virus corona.
Foto: Stefan Zaklin/ EFE EPA
Keluarga fisikawan ternama, Stephen Hawking menyumbangkan ventilatornya ke rumah sakit yang telah merawatnya di Cambridge. Ventilator tersebut akan digunakan untuk pasien yang menjalani perawatan akibat infeksi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Keluarga fisikawan ternama, Stephen Hawking menyumbangkan ventilatornya ke rumah sakit yang telah merawatnya di Cambridge. Ventilator tersebut akan digunakan untuk pasien yang menjalani perawatan akibat infeksi virus corona.

"Keluarga Profesor Stephen Hawking telah menyumbangkan ventilatornya ke Rumah Sakit Royal Papworth saat kami merawat meningkatnya jumlah pasien Covid-19," ujar pernyataan rumah sakit, dilansir Aljazirah.

Baca Juga

Stephen Hawking meninggal pada Maret 2018 di usia 76 tahun. Pada usia 21 tahun, dia didiagnosis menderita penyakit neuron motorik tahap awal yang sangat langka. Dia menghabiskan seluruh hidupnya untuk meneliti tentang asal usul alam semesta. Anak perempuan Stephen, Lucy Hawking mengatakan, pemberian ventilator tersebut merupakan dedikasi ayahnya bagi dunia kesehatan Inggris.

"Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga Hawking yang telah mendukung kami di saat yang penuh tantangan ini," ujar pernyataan Rumah Sakit Royal Papworth, yang merupakan pusat transplantasi jantung dan paru-paru terkemuka di dunia.

Pemerintah Inggris telah menghadapi krisis atas kurangnya persediaan ventilator sejak jumlah kasus pandemi virus corona terus meningkat. Pada Rabu, ada 763 kematian baru, sehingga totalnya menjadi 18.100 kematian.

Jumlah kematian tersebut termasuk mereka yang meninggal dunia di panti jompo. nggris melaporkan jumlah kematian harian tertinggi pada 9 April, yakni mencapai 980.

Inggris berada di minggu kelima dari penerapan lockdown. Warga hanya boleh keluar rumah untuk melakukan pekerjaan penting, belanja bahan makanan, olahraga, dan alasan lain yang terbatas. Pemerintah mengatakan, lockdown akan berlaku hingga tiga minggu ke depan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement