Jumat 24 Apr 2020 12:47 WIB

PKBSI: Kebun Binatang di Indonesia Mati Suri

Kebun binatang di Indonesia dibayangi kesulitan kemampuan memberikan pakan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang pawang satwa memberi pakan kepada dua ekor Jerapah (Giraffa) Afrika yang merupakan koleksi terbaru di Kebun Binatang Bandung, Jawa Barat, Kamis (5/3/2020). Kebun binatang di Indonesia sudah tutup sejak pertengahan Maret 2020.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Seorang pawang satwa memberi pakan kepada dua ekor Jerapah (Giraffa) Afrika yang merupakan koleksi terbaru di Kebun Binatang Bandung, Jawa Barat, Kamis (5/3/2020). Kebun binatang di Indonesia sudah tutup sejak pertengahan Maret 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pendemi Covid-19 turut memengaruhi kondisi kebun binatang di Indonesia. Berdasarkan survei internal dari 60 anggota Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI), mayoritas pengelola (92,11 persen) kemampuannya dalam memberikan pakan kurang dari satu bulan. 

Sementara itu, kebun binatang yang mampu bertahan menyediakan pakan selama jangka waktu satu sampai tiga bulan hanya 5,26 persen. Selebihnya, yang mampu menyediakan pakan lebih dari tiga bulan hanya berkisar 2,63 persen.

Baca Juga

"Salah satu prioritas mendesak bagi kelangsungan hidup kebun binatang, khususnya untuku kesehatan dan kesejahteran satwa koleksinya, adalah penguatan ketahanan pakan," ujar Humas dan Promosi Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI), Sulhan Syafi'i, Jumat (24/4).

Menurut Sulhan, wabah Covid-19 ini membuat beban semua kebun binatang semakin berat. Ia mengatakan, seluruh kebun bintang dalam kondisi mati suri, sudah tutup sejak pertengahan bulan Maret.

photo
Sejumlah pengunjung memadati Bandung Zoological Garden Kebun Binatang Bandung, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Rabu (25/12). - (Republika/Edi Yusuf)

Mengacu ke situasi krisis ini, menurut Sulhan, hampir seluruh manajemen kebun binatang melakukan penyesuaian terhadap manajemen pakan satwa. Mereka membuat substitusi, pengurangan porsi, hingga pendekatan manajemen pakan lainnya yang mengacu pada etika hewan maupun kesehatan dan kesejahteraan satwa.  

"Kemampuan pakan tidak selalu terkait dengan persoalan finansial," kata pria yang akrab disapa Aan itu.

Ada jenis-jenis satwa tertentu yang membutuhkan jenis pakan khusus yang hanya bisa diperoleh dari pemasok khusus dengan perlakuan tertentu. Artinya walau secara finansial tersedia, namun kalau pasokan pakannya justru tidak tersedia karena dampak kebijakan Covid 19, maka menjelma menjadi ancaman.

Aan mengaku, faktor finansial memang menjadi faktor krusial bagi kelangsungan ketersediaan suplai pakan. Dari komponen biaya operasional sebuah kebun binatang, biaya pakan menduduki peringkat kedua setelah biaya tenaga kerja.

"Komponen yang juga penting di urutan ketiga besaran biayanya adalah obat-obatan," katanya.

Selama ini, menurut Aan, kegiatan PKBSI beserta 60 kebun binatang anggotanya memiliki kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Kegiatan seluruh kebun binatang, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 22 ribu orang. 

Total jenis satwa yang menjadi koleksi seluruh kebun binatang anggota PKBSI mencapai 4,912 jenis satwa endemik maupun satwa dari berbagai belahan dunia. Terdiri dari jenis karnivora, herbivora, reptilia, unggas, dan jenis lainnya.  

Bahkan, menurut Aan, beberapa di antaranya tergolong flagship species yang menjadi ikon Indonesia, seperti anoa, harimau sumatera, tapir, dan orang utan sumatera.

Jumlah populasi total satwa di seluruh kebun binatang sebanyak kurang lebih 70 ribu ekor. Aan mengatakan, secara legalitas, seluruh satwa dimaksud adalah aset negara yang bukan hanya wajib dilestarikan, namun juga dijaga kesejahteraannya.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement