REPUBLIKA.CO.ID, Terdapat sejumlah dosa besar yang dilarang agama. Dosa besar tersebut bisa bermacam-macam baik yang berkenaan dengan akidah atau syariat.
Di antara karya yang mengupas khusus dosa besar itu adalah Dosa-Dosa Besar karya Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz-Dzahabi (Imam adz-Dzahabi).
Dengan karyanya itu, ulama kelahiran Suriah tersebut berupaya mengingatkan sidang pembaca akan puluhan dosa besar dalam perspektif Islam, serta cara menyelamatkan diri agar terhindar daripadanya.
Kitab yang aslinya berjudul al-Kabaair itu dicetak ulang dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Ummul Qura (Jakarta).
Dalam buku ini, ulama yang hidup pada abad ke-13 ini menguraikan total 70 dosa, yang semuanya diurutkan dari yang paling besar hing ga tidak besar.
Jumlah tersebut sesuai dengan keterangan Ibnu Abbas RA yang mengatakan, Jumlahnya (dosa-dosa besar) mencapai 70. Bagaimanapun, kata penulis buku ini, angka tersebut tidak berarti membatasi jumlah dosa besar.
Sebab, dalil yang ada menegaskan barangsiapa melakukan salah satu dosa-dosa yang terdapat hukuman hudud di dunia atau terdapat ancaman siksa, murka, dan laknat Allah di akhirat kelak bagi pelakunya melalui lisan Nabi Muhammad SAW, hal itu dinamakan kabaair (dosa-dosa besar).
Alquran mengandung kabar gembira dan juga peringatan akan hukuman dari Allah SWT. Dalam hal ini, surah asy- Syura ayat 37 dan an-Najm ayat 32, antara lain menyebutkan besarnya ampunan Allah dan janji keselamatan bagi mereka yang menjauhi dosa-dosa besar.
Adapun mereka yang tetap ingkar, sekalipun telah tiba kepadanya keterangan wahyu, diancam dengan siksa yang besar. Sebagai contoh, ancaman-Nya terhadap pelaku syirik, yakni menyekutukan Allah dengan makhluk.
“Sesungguhnya Allah tidak akan meng ampuni dosa syirik, dan Dia mengam puni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS an-Nisa: 48).
Dalam risalah karya Imam adz-Dzahabi ini, syirik jelas menempati urutan pertama dari senarai dosa-dosa besar. Ditegaskan pula bahwa banyak ayat di dalam Kitabullah yang berkenaan dengan persoalan menyekutukan Allah.
Termasuk dalam kategori ini adalah syirik kecil atau yang dinamakan sebagai riya' atau sum'ah (pamer ingin dilihat atau didengar ibadahnya oleh manusia). Sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits qudsi, Barang siapa mengerjakan suatu amalan untuk-Ku, lalu ia sekutukan Aku dengan selain Aku, maka amalannya tersebut untuk sekutunya itu dan Aku berlepas diri darinya.
Bagaimana cara menghindarkan diri dari dosa yang amat berbahaya ini? Keikhlasan. Bertolak belakang daripada pelaku riya' dan sum'ah, mereka yang berupaya sungguh-sungguh meraih keikhlasan di dalam hatinya justru ingin agar tidak ada orang yang menyaksikan atau mendengar amalan baik dikerjakannya.
Mereka tidak hendak menipu manusia, apalagi Rabb-nya. Rasulullah SAW mendefinisikan 'menipu Allah' sebagai, Kamu (yang bisa digeneralisasi sebagai kaum beriman, Red) mengerjakan suatu amalan yang telah Allah dan Rasul-Nya perintahkan, namun dengannya kamu menghendaki selain wajah Allah. (hlm 26).
Setelah syirik, berturut-turut dosa besar adalah membunuh, sihir, meninggalkan sholat, dan enggan mengeluarkan zakat. Demikian Imam adz-Dzahabi menjelaskan persoalan-persoalan itu hingga dosa besar ke-70, yakni mencela sahabat Nabi Muhammad SAW.