REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa, terlebih puasa Ramadhan memiliki kekhususan tersendiri bagi umat Muslim. Sebab selain puasa Ramadhan merupakan perintah yang bersifat wajib dari Allah SWT, Rasululullah SAW juga mengakui keistimewaan bulan tersebut.
Allah SWT mewajibkan puasa bagi Nabi Muhammad dan para pengikutnya sebagaimana yang termaktub dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 183. Dalam kitab Minhajul Muslim karya Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri dijelaskan, perintah yang mewajibkan puasa dalam ayat tersebut turun pada Senin bulan Sya’ban di tahun kedua setelah hijriyah.
Rasulullah SAW di penghujung bulan Sya’ban pernah berkhutbah tentang keutamaan Ramadhan. Beliau menyebut bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Umat Islam diserukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT lebih dekat di bulan tersebut. Apabila seseorang melakukan kebajikan dalam Ramadhan, maka sama saja ia akan menjalankan 70 kewajiban di bulan lain. Rasulullah bersabda Ramadhan adalah bulan kesabaran dengan balasannya berupa surga.
Di bulan Ramadhan pula, Rasulullah menyerukan kepada umat Muslim untuk memberikan makan untuk orang yang berbuka. Balasan atas tindakan itu adalah dengan diampuni segala dosa. Maka tak heran, di kala Ramadhan tiba, berbondong-bondong umat Islam saling berbagi satu sama lain.
Rasulullah juga menegaskan di dalam Ramadhan ada kewajiban berpuasa. Di dalam hadis-hadis shahih, Rasulullah juga menyinggung tentang keutamaan puasa. Salah satu keutamaan berpuasa adalah doa orang yang berpuasa akan diijabah Allah.
Hal itu sebagaimana hadis riwayat Ibnu Majah dan Al-Hakim berbunyi: “Inna li-shaimi inda fithrihi da’watan turoddu.” Yang artinya: “Sesungguhnya orang yang berpuasa itu mempunyai doa yang tidak ditolak pada saat ia berbuka.”