Sabtu 25 Apr 2020 12:06 WIB

Anyaman Ketupat di Ambon Selalu Habis Terjual

Harga anyaman merangkak naik seiring larangan transportasi laut di Maluku.

 Pedagang menggelar kulit ketupat. ilustrasi (Republika/ Wihdan)
Pedagang menggelar kulit ketupat. ilustrasi (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON - Pedagang anyaman ketupat di Kota Ambon, Maluku sejak mengawali ibadah bulan puasa umat Islam 2020, panen rejeki.

Hasil pantauan Antara di beberapa lokasi di pinggiran pasar Mardika, Sabtu (25/4) terlihat beberapa orang perajin anyaman ketupat dari daun kelapa muda sangat bergembira sebab hasil anyaman selalu saja habis diborong oleh masyarakat yang datang untuk membeli.

"Lumayan juga abang, sebab pembeli yang kebanyakan ibu-ibu membeli dalam jumlah yang banyak, mulai dari dua ikat hingga lima ikat (satu ikat terdapat 10 buah ketupat), dengan harga Rp8.000/ikat, kalau beli dua ikat dijual Rp15.000," kata Ny, Rosmina yang tinggal di Waiyame, Kecamatan Teluk Ambon.

Dia menjelaskan, biasanya dari tahun ke tahun menjelang perayaan hari-hari besar keagamaan baik lebaran maupun Natal sudah pasti berjualan anyaman ketupat. Ini karena keuntungannya besar.

"Apalagi untuk tahun ini pucuk kelapa hanya di dapat dari Desa Waiheru, sebab tidak bisa didatangkan dari Pulau Seram akibat jalur transportasi masih ditutup membuat harga tumbak sedikit bergerak naik. Pucuk kelapa saat ini harganya Rp30.000/buah dan bisa menghasilkan 60 hingga 65 buah ketupat," ujarnya.

Menurut Rosmina, pada 2019 masih bisa dibeli dengan harga Rp15.000 hingga Rp20.000/tumbak kelapa. Sekarang, agak sulit karena dari Pulau Seram tidak dipasok ke Kota Ambon. Sehingga, harus dibeli dari petani di Desa Waiheru.

"Saya untuk bisa melayani para pembeli yang cukup banyak terpaksa harus memanfaaftkan jasa warga lain untuk menganyam dengan perhitungan 1.000 buah ketupat dibayar sebesar Rp250.000.

Sedangkan, penjual ketupat, Jubaida mengatakan, dia mengambil dari orang yang menganyam ketupat. "Ini sangat menguntungkan sebab kalau perajin anyaman ini memberikan kesempatan untuk saya yang jual berarti ada perbedaan harga.

Perajin jual Rp6.000/ikat, lanjutnya, maka kita menjual kepada para pembeli dengan harga Rp8.000/ikat, jadi ada keuntungan Rp2.000," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement