Sabtu 25 Apr 2020 14:47 WIB

Hati-Hati, Jangan Sembarang Tiru Video Olahraga Influencer

Berolahraga dengan meniru video yang diunggah influencer bisa membahayakan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Zumba daring. Waspadai risiko cedera saat mengikuti video olahraga ekstrem para influencer.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Zumba daring. Waspadai risiko cedera saat mengikuti video olahraga ekstrem para influencer.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian orang, berolahraga di rumah menjadi cara menggantikan latihan yang semestinya dilakukan di pusat kebugaran. Ada berbagai jenis latihan yang tersedia di Youtube dan layanan streaming lain, seperti yoga, pilates, atau aerobik.

Akan tetapi, tidak semua jenis latihan tersebut aman untuk dicoba sendiri di rumah. Lebih tepatnya, tidak setiap tubuh diciptakan sama untuk melakukan latihan olahraga tertentu. Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan guna menghindari cedera.

Baca Juga

Pelatih kebugaran Davin Choo mengatakan, menggunakan peralatan yang kurang tepat merupakan faktor utama penyebab cedera. Menurut dia, pemula akan jauh lebih aman mengandalkan peralatan dengan bobot yang lebih ringan daripada mengikuti perangkat para atlet.

Dia mengatakan, sangat penting menentukan tujuan utama berolahraga, yakni membuat tubuh tetap bergerak dan bugar selama berdiam di rumah. Jangan sampai ingin berolahraga hanya untuk diunggah ke media sosial dan membuat orang lain terkesan.

Video olahraga atlet Olimpiade cabang renang asal Rusia, Yuliya Efimova, menjadi viral. Tampak ia melakukan beberapa seri latihan otot perut sambil menyeimbangkan tubuh di meja dapur.

Choo menyebutkan sumber lain pemicu cedera, yaitu memilih latihan yang terlalu intensif atau di luar kemampuan. Jika tidak terbiasa berolahraga secara teratur, sebaiknya jangan langsung memulai dengan latihan berintensitas tinggi.

Sang pelatih mengatakan bahwa ada banyak influencer yang mungkin mencoba tindakan yang lebih ekstrem pada kontennya. Upaya itu bisa jadi karena ingin menjaring banyak penonton dengan cara olahraga mengesankan.

"Video seperti lifting atau bench pressing di tempat tidur atau melakukan handstand pada pasangan memang bisa menghibur, tetapi berbahaya bagi orang-orang yang tidak berpengalaman atau pernah mengalami cedera," ujarnya.

Pelatih kebugaran profesional Sufian Bin Yusof mengatakan, ada cara sederhana untuk mengetahui apakah suatu latihan terlalu intens atau berat bagi tubuh. Cukup dengan mengukur detak jantung, yang sebaiknya tidak boleh lebih dari 155 kali per menit.

Sufian juga mengemukakan pengukuran yang dikenal sebagai Rate of Perceived Exertion (RPE), yang bergerak dari skala nol hingga 10. Pada RPE 10, seseorang akan merasa terengah-engah dan tidak dapat bicara untuk membentuk kalimat penuh.

"Indikator yang baik tentang latihan apa yang harus dipilih adalah jenis olahraga apapun yang membuat Anda berada dalam RPE skor enam atau tujuh, yang berarti Anda masih dapat berbicara tanpa harus menarik napas," ujarnya, dikutip dari laman CNA Lifestyle.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement