CIREBON, AYOBANDUNG.COM -- RRP, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 asal Kabupaten Cirebon tak menyangka surat terbukanya kepada Presiden Jokowi pada akhir Maret silam viral di media sosial.
Surat terbuka yang disampaikan melalui akun instagramnya itu berisi soal beban psikisnya menjalani perawatan Covid-19 yang membuatnya jenuh.
Pada Jumat (24/4/2020) malam, dia diizinkan pulang ke rumah. Meski begitu, dia harus menjalani karantina mandiri di rumah selama sekitar 14 hari ke depan.
RRP menjadi pasien pertama asal Kabupaten Cirebon yang terkonfirmasi positif Covid-19. Selama sekitar 48 hari sejak kedatangannya pada 8 Maret 2020, RRP diisolasi di RSD Gunung Jati, Kota Cirebon.
"Kemarin (Jumat) malam, saya dikontak dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon dan diperkenankan pulang. Tapi, masih akan dipantau kesehatannya selama 14 hari ke depan oleh Dinkes karena sudah di luar pengawasan RS," ungkap RRP kepada Ayocirebon.com, Sabtu (25/4/2020).
Selama perawatan di rumah sakit, RRP diketahui telah menjalani delapan kali pemeriksaan swab. Pada swab ketujuh, dirinya masih dinyatakan positif. Saat ini, dirinya masih menanti hasil pemeriksaan swab yang kedelapan, yang dilakukan pada 23 April 2020.
Rasa syukur dan kegembiraan menyelimuti RRP ketika akhirnya dia diizinkan pulang. Terlebih, momen itu dia alami di bulan suci Ramadan.
RRP mengaku memilih tetap berpuasa. Hari pertama puasa memang dijalaninya di ruang isolasi RSD Gunung Jati. Pengalaman itu terasa asing dan janggal karena tak pernah dia bayangkan sebelumnya. "Insya Allah masih puasa," ujarnya ketika ditanya pengalaman puasanya kali kedua ramadan hari ini.
Sejak pertama ramadan, meski masih diisolasi di rumah sakit, keputusannya untuk tetap berpuasa diambil setelah dirinya merasa sehat dan kuat secara fisik. Terlebih, dia pun sudah lepas dari konsumsi obat.
Berpuasa, imbuhnya, justru menerbitkan harapan untuk percepatan kesembuhannya. Bagi RRP sendiri, menjalani puasa di rumah sakit di tengah pandemi Covid-19, menjadi pengalaman paling mengesankan dan tak terlupakan seumur hidupnya.
Alih-alih sedih berkepanjangan, dia merasa seperti itulah cara Allah SWT menyayanginya. Situasi yang dihadapinya kini dipandangnya sebagai hadiah dari Zat Yang Maha.
"Bagaimana Allah kasih saya pengalaman yang enggak semua orang bisa merasakan, jadi saya enggak sedih, Mbak. Justru saya menerima kondisi ini dengan berbesar hati karena saya anggap ini bentuk hadiah dari Allah SWT," tuturnya.
Rasa penerimaan itu, menurutnya, terbentuk oleh waktu. Dia merasa dirinya telah melalui proses panjang sebelum mampu menerima situasinya kini.
Pada hari pertama puasa, dia berharap bisa berkumpul dan menjalaninya bersama keluarga. Dia pun bersyukur harapan itu terkabul di hari kedua puasa, walau dia harus tetap mengisolasi diri di rumah.
"Kalau sama keluarga kan ada yang masakin, pas sahur kan tinggal bangun dan makan," cetusnya setengah berkelakar.
Pasca pulang ke rumah, dia berdoa ibadah puasanya akan diterima Allah SWT dan mempercepat proses penyembuhannya. Pun begitu bagi pasien positif lain yang tetap memilih berpuasa.
RRP menyimpan asa, Idulfitri nanti sehat walafiat, tanpa virus secuil pun bersarang di tubuhnya. "Pengen banget bisa lebaran di rumah sama keluarga dalam kondisi sehat," tutupnya.