REPUBLIKA.CO.ID, Wahsyi, si budak legam itu berangkat bersama rombongan ke bukit Uhud. Saat perang antara kaum Quraisy dan kaum Muslimin meletus, matanya berburu. Dia mencari sesosok pria yang dipesan oleh majikannya. Dialah Hamzah bin Abu Thalib.
Hamzah ditemukannya di tengah orang banyak. Wahsyi melihatnya laksana unta kelabu sedang membabati orang dengan pedangnya. Budak asal Abisinia itu pun mulai mengayun-ayun kan tombaknya. Ketika sudah yakin dengan targetnya, tombaknya itu melesat. Dia terbang menuju sasarannya. Ujung tombak sampai ke bawah perutnya dan menembus keluar dari antara dua kakinya.
Wahsyi, si empunya tombak membiarkannya begitu sampai targetnya mengembuskan napas terakhir. Setelah itu, Wahsyi pun menghampiri jenazah Hamzah. Diambil tombaknya yang telah membunuh paman Nabi SAW itu. Dia kembali ke markas Quraisy dan berdiam di sana. Misinya telah usai. Tak lama lagi dia akan menjadi orang merdeka sesuai dengan perjanjian dia bersama majikannya.
Hindun binti Utba merupakan perempuan yang dendam terhadap kematian ayahnya, Utbah bin Rabiah di tangan kaum Muslimin. Kaum Quraisy yang sudah mampu membunuh banyak pasukan Muslimin pada perang di tahun ke-3 Hijriyah itu tidak memuaskannya. Bersama dengan wanita-wanita lain dalam rombongan Quraisy, mereka menganiaya jenazah Muslim itu. Mereka memotongi telinga dan hidung mereka. Hindun bahkan mengenakannya sebagai anting dan kalung.
Dia ternyata belum puas. Hin dun membelah perut Hamzah. Dikeluarkannya jantung Singa Allah itu dan dikunyah dengan giginya. Namun, dia tak bisa menelannya. Begitu keji perbuatan itu sehingga Abu Sufyan, suami Hindun, lepas tangan dari aksi sadis itu.
Setelah menguburkan pasukan yang gugur pada Perang Uhud, Quraisy pergi. Giliran kaum Muslimin kembali ke garis depan. Mereka hendak menguburkan jenazah para syuhada yang wafat. Rasulullah pergi mencari jenazah pamannya Hamzah. Dia melihat perut paman kesayangannya itu dianiaya. Nabi SAW pun sempat bersabda. "… Ingatlah, demi Allah, atas kejadian ini; sungguh aku akan mencincang tujuh puluh orang (dari mereka) seperti cincangan yang dialami olehmu…" diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar al-Bazzar.
Perkataan Rasulullah SAW membuat Allah SWT menurunkan firman-Nya. "Dan, kalau kamu mengadakan pembalasan, balaslah seperti apa yang mereka lakukan terhadap kamu. Namun, kalau kamu bersabar, itulah yang paling baik bagi mereka yang berhati sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiada kesabaran mu itu, melainkan hanya dengan pertolongan Allah. Dan jangan pula engkau bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. "(QS an-Nahl: 126-128).