Ahad 26 Apr 2020 13:01 WIB

Ekspor Komoditas Hortikultura Laris Manis

Komoditas buah dan sayur petani lokal terus meningkat sejalan dengan tren yang naik

Ketika banyak sektor terdampak Covid-19, komoditas pangan seperti halnya hortikultura justru mendapat berkah. Kebutuhan buah-buahan dan sayur mayur para petani lokal meningkat drastis. Dari sisi ekspor, kendati mengalami sedikit kendala dari sisi distribusi, permintaan komoditas hortikultura dari pasar internasional masih tinggi.
Foto: istimewa
Ketika banyak sektor terdampak Covid-19, komoditas pangan seperti halnya hortikultura justru mendapat berkah. Kebutuhan buah-buahan dan sayur mayur para petani lokal meningkat drastis. Dari sisi ekspor, kendati mengalami sedikit kendala dari sisi distribusi, permintaan komoditas hortikultura dari pasar internasional masih tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketika banyak sektor terdampak Covid-19, komoditas pangan seperti halnya hortikultura justru mendapat berkah. Kebutuhan buah-buahan dan sayur mayur para petani lokal meningkat drastis. Dari sisi ekspor, kendati mengalami sedikit kendala dari sisi distribusi, permintaan komoditas hortikultura dari pasar internasional masih tinggi. 

Terlebih setelah Ditjen Hortikultura Kementan memfasilitasi para pelaku ekspor produk hortikultura mengikuti beberapa pameran international di Guangzhou dan Shanghai (China), Dubai (UEA), Jeddah (Arab Saudi) dan Berlin (Jerman). Ini sebagaimana arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), untuk terus mendongrak kualitas dan kuantitas komoditas lokal sebagai upaya mendukung Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Komoditas Pertanian (GraTiEks). 

Para eksportir juga difasilitasi mengikuti pameran bertaraf Internasional yang dilaksanakan di dalam negeri seperti Trade Expo Indonesia (TEI). Salah seorang eksportir muda yang baru lahir adalah M. Riyansyah Putera atau biasa dipanggil “Rian”. 

Pemuda ini berasal dari Sumatera Utara yang sekarang berdomisili di Bali. Keberaniannya untuk mencari peluang pasar Internasional dengan mengikuti pameran-pameran di berbagai negara telah membuahkan hasil dan patut mendapatkan acungan jempol. Melalui pameran di Kazakhstan, Dubai dan Berlin, anak muda ini berhasil mendapatkan kontrak bernilai jutaan USD.

“Ekspor tetap jalan. Kendala pasti ada terlebih di masa sekarang, sedang Pandemi Covid-19. Tapi secara keseluruhan berjalan lancar,” ujar Rian melalui keterangan tertulisnya, Minggu (26/4). 

Dia mengungkapkan pihaknya masih tetap melakukan ekspor, antara lain ke Rusia, Jepang dan Maldives. Meskipun volume dan kuantitas  berkurang dibandingkan kondisi normal, karena keterbatasan kargo.

“Sabtu lalu (18/4) kami mengirim jeruk nipis (lime) sebanyak 10 ton ke Maldives dan pada hari Senin (20/4) melakukan ekspor ke Jepang, yaitu 4 ton cabe frozen, 1 ton jengkol, 500 kg petai dan 500 kg lengkuas,” jelas dia.

Dia mengaku sudah memegang kontrak  ekspor untuk beberapa waktu ke depan, dan ada juga yang masih tahap proses penyelesaian penawaran. “Misalnya saja hari ini, perusahaan akan melakukan ekspor 1 ton manggis ke Dubai,” tambah dia. 

Dalam kesempatan itu, Rian juga siap membantu Kementerian Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Hortikultura. Yakni agar eksportir membeli cabai di daerah sentra yang saat ini sedang panen raya. 

“Beberapa waktu ke depan kami akan membeli 7 ton cabai dari kabupaten Brebes Jawa Tengah dan mengekspornya ke Jepang dalam bentuk beku,” kata Rian. 

Direktur Pengolahan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik mengapresiasi apa yang dilakukan Rian. Eksportir-eksportir muda seperti Rian harus terus didorong untuk bersinergi dengan petani. 

“Ini sesuatu yang positif. Mereka bisa membantu penyerapan produksi hasil hortikultura Indonesia dengan harga yang baik, sehingga petani tetap bersemangat untuk menanam,” kata Yasid. 

Yasid berharap para eksportir Indonesia dapat aktif menawarkan produk-produk hortikultura yang saat ini sedang panen ke para pembeli di luar negeri. “Sehingga produk yang dihasilkan petani dapat diserap dan harganya tetap baik,” tutur dia. 

Produksi Komoditas Hortikultura Meningkat, Peluangnya Besar

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto optimis komoditas buah dan sayur petani lokal terus meningkat. Dengan segala anugerah kekayaan alam Indonesia, yang notabene dipenuhi lahan subur, menjadi sebuah keniscayaan produk hortikultura petani lokal terus berjaya. 

Optimisme Anton-sapaannya- tak lepas dari tren produksi komoditas hortikultura yang terus naik. Pada tahun 2019 produksi sayur meningkat 3%  dari tahun 2018 dengan jumlah produksi sebesar 13.418.424 ton. 

“Produksi sayur didominasi oleh bawang merah sebanyak 1.580.243 ton, kubis 1.407.903 ton, kentang 1.314.654 ton, dan cabai rawit 1.374.215 ton,” jelas Anton.  

Sedangkan produksi buah nasional tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 5% dari tahun 2018 dengan jumlah produksi sebesar 22.517.638 ton. 

“Produksi buah didominasi oleh pisang 7.280.659 ton, mangga  2.808.936 ton, jeruk siem 2.444.516 ton, nanas 2.196.456 ton, dan durian 1.169.802 ton,” tambah dia. 

Di sisi lain rasio jumlah penduduk Indonesia jika dibandingkan terhadap permintaan sayur dan buah masih relatif kecil. WHO merekomendasikan untuk mengkonsumsi sayur dan buah yang baik adalah 400 gram per kapita per hari. 

“Namun konsumsi per kapita per hari untuk sayur-sayuran dan buah-buahan penduduk Indonesia baru 209,89 gram, terdiri dari 119,79 gram konsumsi sayur-sayuran dan 90,10 gram konsumsi buah-buahan. Bila dijadikan konsumsi per kapita per tahun, maka orang Indonesia baru makan sayuran sebanyak 43,12 kg per kapita per tahun. 

“Sedangkan untuk buah baru sekitar 32,44 kg per kapita per tahun (BPS, Susenas Maret 2019). Ini tantangan sekaligus peluang,” pungkas Alumnus Universitas Brawijaya tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement