REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 memengaruhi kinerja bisnis sejumlah sektor. Tidak terkecuali bisnis fashion Muslim.
Pengamat Ekonomi Syariah Irfan Syauqi Beik menilai, dalam kondisi seperti ini, penting bagi industri fashion Muslim beradaptasi dengan kondisi sekarang. "Misal, kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) sangat tinggi, pemainnya atau pelaku pasarnya dan market-nya selama ini sedikit," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id pada Ahad (26/4).
Dalam situasi pandemi ini, lanjutnya, perusahaan fashion bisa mengalihkan sebagian sumber dayanya untuk memproduksi APD bagi masyarakat. Di antaranya, kata dia, memproduksi masker kain.
"Saat ini sebagian perusahaan sudah melakukan itu. Jadi dalam suasana begini, switching bisnis penting, walau temporary tapi itu bentuk adaptasi," jelas Irfan.
Memproduksi APD pakaian hazmat yang digunakan tenaga medis, lanjutnya, saat ini menjadi kebutuhan dasar yang bisa turut diproduksi industri fashion Muslim. "Artinya, sekarang mikirnya nggak konvensional, dalam arti tidak hanya produksi baju saja tapi sekarang ada peluang lain, bagaimana masuk ke produksi alkes (alat kesehatan), switch dari industri fashion," jelas dia.
Irfan melanjutkan, dalam situasi ini, aspek sosial pun perlu diperbanyak. Apalagi kini banyak masyarakat terdampak Covid-19, yang sebelumnya bekerja menjadi tidak bekerja.
"Maka semangat berbagi jadi penting. Dalam suasana sekarang, Bismillah saja perbanyak sedekah, siapa tahu jadi jalan Allah kasih way out," kata Irfan.