REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) perlu mengarahkan investasi yang masuk ke Indonesia pada tahun ini untuk bidang kesehatan dan pangan mengingat pengalaman dari pandemi Covid-19.
Anggota Komisi VI DPR Nevi Zuairina berharap BKPM, pada masa wabah Covid-19, dapat mengarahkan investasi hingga akhir 2020 ini pada bidang kesehatan dan pangan. Menurut politisi Fraksi PKS itu, investasi skala besar itu juga harus menghasilkan produk berkualitas dengan standard yang diterima dunia internasional.
Ia mengingatkan investasi berskala besar tersebut dibutuhkan. "Karena hampir 95 persen alat kesehatan Indonesia termasuk obat dipenuhi dari proses impor, terutama bahan bakunya," kata Nevi melalui siara pers di Jakarta, Ahad (26/4).
Nevi juga mengusulkan adanya upaya mengumpulkan dukungan dari berbagai pihak terkait pengumpulan dan pengolahan data potensi dan peluang investasi di seluruh kabupaten/kota.
Anggota Komisi VI DPR Adisatrya Suryo Sulisto juga meminta pemerintah melalui BKPM berjuang untuk mendatangkan investasi besar di bidang kesehatan ke Tanah Air. Hal tersebut agar ke depannya pembuatan obat tidak tergantung impor bahan baku.
"Saya harap Kepala BKPM terus berjuang untuk mendatangkan investasi-investasi tersebut ke depan," kata Adisatrya.
Menurut politisi Fraksi PDIP itu, setelah pandemi Covid-19 usai, bakal banyak tenaga kerja yang perlu diserap oleh industri, terutama industri yang memerlukan investasi yang bermodal besar. Ia menyarankan, agar fokus investasi BKPM salah satunya adalah industri dasar kimia. Apalagi ada keluhan sejumlah BUMN Farmasi yang memerlukan dukungan penuh dalam pembuatan bahan baku obat.
"Ini salah satu sektor yang menurut kami perlu diprioritaskan oleh BKPM. Ke depan kita harus memperkuat industri di dasar kita sehingga kita tidak tergantung kepada bahan baku impor," kata Adisatrya.