REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 mau tidak mau membuat umat Islam beribadah dari rumah selama bulan Ramadhan. Sebagai solusinya, keluarga Muslim bisa menyiasati kondisi demikian dengan menghadirkan tempat ibadah yang nyaman di kediaman.
Arsitek madya Ramadhan Malik Banuya mengatakan, ada sejumlah pendekatan ketika ingin menyulap satu ruangan di rumah sebagai tempat ibadah. Perlu diputuskan terlebih dahulu apakah ingin membuat ruang sholat permanen atau ruangan sementara.
Pria yang biasa disapa Malik itu menjelaskan, pedoman ukuran minimal untuk sholat bagi satu orang adalah 60x120 cm. Patokan dimensi tersebut dapat disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga, lantas menetapkan banyaknya shaf yang dibutuhkan.
Pendekatan lain tentunya menyesuaikan dengan arah kiblat, baru mengatur tata letak dan batasan ruang. Apabila ruangan ibadah yang diinginkan bersifat sementara, bisa memanfaatkan furnitur atau partisi sebagai pembatasnya.
"Faktor pendukung lain adalah pencahayaan, bisa cahaya alami dari jendela atau memasang lampu. Pencahayaan sebaiknya tidak berlebihan karena akan membuat ruang sholat menjadi panas dan tidak nyaman," ujar pria 30 tahun tersebut.
Apabila rumah tidak memiliki ruangan khusus untuk dijadikan tempat ibadah, Malik menyarankan alternatif menggunakan ruang tamu atau ruang keluarga. Pasalnya, situasi pandemi membuat keluarga relatif tidak banyak menerima tamu karena anjuran karantina mandiri.
Terkait anggaran, amat bergantung pada kebutuhan awal. Membangun mushola permanen yang baru tentunya lebih mahal dengan pedoman satu meter persegi sekitar Rp 3,5 jutaan. Sementara, anggaran jauh lebih bisa ditekan apabila memanfaatkan ruang yang sudah ada.
Laci penyimpanan alat-alat sholat dapat menggunakan furnitur yang ada di rumah. Apabila ingin menghadirkan suasana baru, cukup dengan mengecat ruangan. Orang tua pun bisa melibatkan anak-anak dalam penataan dan dekorasi ruangan tersebut.
"Warna sangat berpengaruh menciptakan atmosfer. Kalau untuk ruang ibadah, saya pribadi menyarankan warna natural dan pastel yang nyaman di mata, seperti biru atau hijau muda," kata Malik yang menamatkan studi di Jurusan Arsitektur Universitas Parahyangan.