REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Maskapai Jepang, Japan Airlines Co (JAL) sedang membahas kemungkinan mengamankan pinjaman senilai 2,8 miliar dolar AS dari para kreditornya, menurut penyiar publik NHK, Sabtu (25/4). Pendanaan diambil perusahaan untuk meredam tekanan finansial akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang berdampak signifikan terhadap industri penerbangan.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu, Japan Airlines Co telah mengalami penurunan jumlah penumpang sehingga harus memangkas sekitar 90 persen dari penerbangan internasional dan 60 persen pada penerbangan domestik.
Kondisi ini membuat maskapai mengajukan pinjaman ke Mitsubishi UFJ Financial Group, Mizuho Financial Group dan beberapa bank lain untuk pendanaan tambahan, menurut sumber yang tidak disebutkan namanya.
Japan Airlines Co juga mempertimbangkan untuk mendapatkan dana darurat khusus dari Bank Pembangunan Jepang (DBJ). Maskapai belum bersedia memberikan komentar terhadap rencana ini.
Industri penerbangan diketahui sedang berjuang untuk membayar biaya operasional. Sebagian besar pesawat mereka dilarang untuk terbang seiring dengan kebijakan restriksi pembatasan perjalanan yang diberlakukan untuk mengendalikan penyebaran virus corona.
Pemerintah Jepang telah menjanjikan dukungan finansial bagi maskapai penerbangan setempat. Bantuan ini merupakan bagian dari paket stimulus virus corona yang setara dengan seperlima dari Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang. Hanya saja, pemerintah belum menetapkan seberapa besar anggaran akan diberikan untuk maskapai.
JAL dan saingannya, ANA Holdings Inc diketahui memiliki hubungan dekat dengan regulator, meski bukan milik pemerintah. Pejabat dan politisi bersedia memberikan bantuan keuangan kepada dua maskapai tersebut di masa-masa sulit saat ini untuk mendukung jaringan penerbangan domestik yang menghubungkan kepulauan membentang dengan jarak hampir 3.000 kilometer.
JAL dan ANA, dua maskapai terbesar Jepang, kini hanya bisa berharap banyak pada penerbangan doemstik. Pemerintah Jepang tidak membatasi perjalanan domestik, dan otoritas di Tokyo maupun kota-kota besar lainnya hanya meminta masyarakat untuk tinggal di rumah dan meminta bar maupun restoran tutup untuk sementara waktu.
JAL dan ANA terbang dengan dua pertiga kapasitas. Bahkan, beberapa kali mereka harus terbang dengan kurang dari 10 penumpang.
"Pemerintah telah mengumumkan keadaan darurat, tapi belum meminta maskapai untuk mengurangi penerbangan. Mereka ingin mempertahankan infrastruktur transportasi," ujar seseorang yang paham operasional maskapai.
Asosiasi Maskapai Penerbangan Terjadwal Jepang (SAAJ) yang mewakili ANA, JAL dan 17 maskapai lainnya memperkirakan, pandemi Covid-19 akan menghilangkan pendapatan industri penerbangan hingga 500 miliar yen (4,64 miliar dolar AS) sampai akhir Mei. Nilai tersebut bisa membengkak jadi 2 triliun yen apabila pandemi berlangsung selama lebih dari setahun.
Sebelumnya, pada awal bulan ini, Reuters melaporkan ANA sedang mencari pinjaman kredit 2,8 miliar dolar AS dari DBJ. Maskapai juga berdiskusi dengan bank-bank swasta untuk mempercepat pencairan pinjaman senilai 930 juta dolar AS yang semula dijadwalkan pada Juni.