Senin 27 Apr 2020 09:55 WIB

Trump Bantah akan Pecat Menteri Kesehatan AS Alex Azar

Menteri Kesehatan AS menerima banyak kritik karena meningkatnya kasus virus corona.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (tengah) menandatangani paket bantuan 4,6 miliar dolar AS untuk menangani imigran dari Amerika Tengah di perbatasan AS-Meksiko, Senin (1/7). Tampak Wakil Presiden AS Mike Pence (kiri) dan Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar.
Foto: AP Photo/Carolyn Kaster
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (tengah) menandatangani paket bantuan 4,6 miliar dolar AS untuk menangani imigran dari Amerika Tengah di perbatasan AS-Meksiko, Senin (1/7). Tampak Wakil Presiden AS Mike Pence (kiri) dan Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membantah laporan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan pemecatan Menteri Kesehatan Alex Azar. Kabar tersebut muncul di tengah banyak kritik terhadap Azar karena meningkatnya kasus virus corona jenis baru (Covid-19) di negara itu. 

“Laporan bahwa Menteri Kesehatan Azar akan dipecat oleh saya adalah berita palsu. Mereka putus asa untuk menciptakan persepsi kekacauan di benak publik,” ujar Trump melalui jejaring sosial Twitter, seperti dikutip The Telegraph, Senin (27/4). 

Baca Juga

Sementara itu, CNN melaporkan bahwa Trump berpotensi kehilangan dukungan publik dalam pemilihan presiden AS November mendatang karena dianggap lamban menangani wabah. Dengan kasus Covid-19 dan kematian yang terus meningkat di Negeri Paman Sam, banyak kritik dari media yang juga berdatangan. 

Trump sempat mengancam akan menuntut liputan Fox News. Ia juga meminta agar tidak ada penghargaan yang bisa diberikan. Meski demikian, ia juga mengungkapkan bahwa media itu tetap konsisten secara politik. 

Sebelumnya, Trump dikritik secara luas karena mengatakan dalam sebuah briefing harian dengan watawan di Gedung Putih bahwa disinfektan dapat mengobati pasien Covid-19. Ia juga menyarankan pemberian cairan tersebut melalui suntikan. Namun, ia mengaku bahwa itu adalah ungkapan sarkastik.

Sejak Desember 2019, virus corona jenis baru  (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China.  Sejak saat itu, virus terus menyebar secara global. 

AS menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbesar saat ini, dengan 987.160 dikonfirmasi dan terdapat 55.413 kematian. Sementara, jumlah pasien yang dinyatakan pulih adalah 11.781. 

Berdasarkan data Worldometers hingga Senin (27/4) pagi terdapat 2.994.731 kasus Covid-19 dan 206.990 kematian di seluruh dunia. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan wabah SARS pada 2002-2003 yang disebabkan oleh virus serupa secara genetis. Sementara, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh adalah 625.202 orang. 

Bagi kebanyakan orang, Covid-19 hanya menimbulkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk. Tetapi, sebagian  lainnya, terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang telah ada sebelumnya, infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, termasuk pneumonia, bahkan kematian. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement