REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China membantah menyebarkan disinformasi tentang virus corona baru penyebab Covid-19. Pernyataan itu merupakan respons Beijing atas laporan Uni Eropa yang menyebut ada bukti signifikan bahwa Negeri Tirai Bambu melakukan hal demikian.
"China menentang pembuatan dan penyebaran disinformasi oleh siapa pun dan organisasi apa pun. China adalah korban disinformasi, bukan penggagas," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang dalam jumpa pers reguler pada Senin (27/4).
Pada kesempatan itu, Geng kembali menegaskan tak ada bukti konklusif bahwa virus corona baru berasal dari Cina. Dia memperingatkan, manuver politik di balik seruan untuk melakukan penyelidikan independen terhadap asal-usul virus tidak akan berhasil.
Kantor berita Reuters sebelumnya melaporkan, para pejabat senior China menekan Uni Eropa untuk membatalkan kritik dari laporan yang dilayangkan pekan lalu, yang menyatakan itu akan membuat Beijing sangat marah. Laporan itu diterbitkan akhir pekan lalu setelah penundaan dan beberapa informasi mengenai China telah diubah.
Juru bicara Uni Eropa masih enggan memberikan komentar mengenai hal tersebut. Selain disinformasi, China dituding tak transparan dalam menyampaikan informasi tentang virus corona.
Hal itu membuat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerukan dilakukannya penyelidikan independen untuk menyingkap asal-usul virus. Pemerintahan Trump curiga virus corona berasa dari sebuah laboratorium di Wuhan.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison menggemakan seruan Trump. Menurutnya, semua negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) harus mendukung penyelidikan independen tersebut.
"Jika Anda akan menjadi anggota klub seperti WHO, harus ada tanggung jawab dan kewajiban yang melekat pada itu. Kami ingin dunia menjadi lebih aman ketika berbicara virus. Saya berharap negara lain, baik China atau siapa pun, akan berbagi tujuan tersebut," kata Morrison kepada awak media di Canberra pada Kamis pekan lalu.