REPUBLIKA.CO.ID, Seorang yang telah menjadi guru selain selama belajarnya menjaga adab terhadap gurunya, juga menjaga adab terhadap semua media yang digunakan untuk belajar terutama kitab.
Hal ini seperti dicontohkan Syekh Imam Syamsu Al A'immah Al Halwi. Dia tidak pernah mengambil kertas atau buku melainkan dalam keadaan suci.
"Sesungguhnya aku mendapatkan ilmu ini dengan bersikap hormat. Aku tidak pernah mengambil kertas buku melainkan dalam keadaan suci." Kata Syekh Imam Syamsu Al A'immah Al Halwi seperti diceritakan Imam Az Zarnuji dalam Ta'limul Muta'alimnya.
Imam Az-Zarnuji juga menceritakan bagaimana seorang pembelajar sebelum menjadi pengajar menjaga adab terhadap kitab yang akan dipelajari, pernah sakit perut.
"Pada suatu malam beliau mengulang pelajaran dan beliau berwudhu 17 kali pada malam itu. Pasalnya beliau tidak mengulang pelajaran kecuali dalam keadaan suci." katanya.
Dia menambahkan, yang demikian ini karena ilmu adalah cahaya dan juga cahaya sehingga cahaya ilmu akan bertambah terang dengannya.
Di antara wujud memuliakan ilmu yang harus dilakukan adalah tidak menjulurkan kaki ke arah kitab meletakkan kitab tafsir di atas kitab-kitab lain dan jangan sampai menaruh sesuatu di atas hitam seperti tinta atau selainnya.
"Guru kami Burhanudin pernah mengisahkan tentang salah seorang guru kami bahwa ada seorang faqih meletakkan tempat tinta di atas kitab. Lalu Syekh itu berkata dalam bahasa Persia "ilmu tidak bermanfaat."
Al-Kadfhi Al-Imam yang mulia Fahkruddin yang dikenal dengan Qadhk Khan pernah berkata. "Kalau hal itu meletakkan tempat tinta di atas kita tidak dimaksudkan meremehkan maka tidak mengapa namun akan lebih baik jika hal itu dihindari."
Selain itu, kata Imam Az-Zarnuji, di antara wujud memuliakan ilmu adalah memperbagus tulisan kitab, hurufnya tidak berdempetan, dan tidak mencoret-coret pinggiran buku yang kosong, catatan pinggir tetap kosong, kecuali terpaksa.
Abu Hanifah pernah melihat seorang penulis yang tulisan huruf nya berdempetan, tidak jelas, lalu beliau berkata,” "Jangan kau bikin tulisan berdempetan tidak jelas, karena kalau umurmu panjang maka kamu akan menyesal dan jika mati kamu akan dicela. Maksudnya, jika kamu sudah tua dan matamu sudah rabun maka kamu akan menyesali hal itu.”
Dikisahkan dari Syekh Al Imam Majdudin Ash Sharhaky bahwa beliau berkata, "Kami menyesali tulisan yang berdempetan tidak jelas kami menyesali catatan kami yang terlalu global dan kami menyesal karena tidak mengkomparasikan tulisan kami dengan naskah yang lebih valid."
Imam Az Zarnuji menyarankan seyogianya potongan kitab berbentuk persegi empat bukan bulat. Seperti itulah bentuk kitab-kitab Abu Hanifah. Bentuk kitab seperti itu akan lebih mudah dibawa diletakkan dan dibaca.
Sebaiknya pula juga, kata dia, jangan ada tulisan berwarna merah di dalam kitab, karena hal itu merupakan perbuatan kaum filsuf, bukan ulama salaf. "Di antara guru kami bahkan ada yang tidak suka memakai kendaraan berwarna merah," katanya.