Selasa 28 Apr 2020 03:28 WIB

Cegah KLB, IDAI Serukan Lengkapi Imunisasi Anak

Meski corona melanda, IDAI sarankan orang tua tetap harus penuhi imunisasi anak.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Perawat mengantarkan bayi yang memakai pelindung muka atau face shield di RS Ibu dan Anak Asih, Jakarta, Jumat (17/4/2020). RSIA Asih memberikan perlindungan dini berupa pelindung muka atau
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Perawat mengantarkan bayi yang memakai pelindung muka atau face shield di RS Ibu dan Anak Asih, Jakarta, Jumat (17/4/2020). RSIA Asih memberikan perlindungan dini berupa pelindung muka atau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyerukan agar para orang tua tak ragu melengkapi imunisasi dasar lengkap pada buah hati meski kini tengah terjadi pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Pemberian vaksin lengkap dan sesuai jadwal penting diberikan untuk menghindari ancaman kejadian luar biasa (KLB) penyakit yang bisa menyebabkan kecacatan bahkan kematian pada anak.

Satgas Imunisasi IDAI Soedjatmiko, mengatakan meski kini terjadi pandemi Covid-19, tidak ada perubahan pemberian jadwal imunisasi. "Imunisasi pada anak harus dilengkapi sesuai jadwal peraturan menteri kesehatan atau rekomendasi IDAI. Imunisasi yang tertunda atau tidak lengkap bisa mengakibatkan kejadian luar biasa atau wabah sakit berat, cacat, kematian akibat polio, difteri, campak," ujarnya saat video conference Pekan Imunisasi Dunia (PID) 2020, Senin (27/4).

Baca Juga

Apalagi, dia melanjutkan, hampir setiap tahun terjadi KLB atau wabah di Indonesia. KLB atau wabah ini menyerang bayi, balita, anak, cucu, keponakan yang sakit berat, cacat, meninggal.

Ia mencontohkan pada 2005-2006 lalu 351 anak Indonesia cacat lumpuh, kemudian 2014 lalu Indonesia sempat bebas polio tetapi pada 2019 ternyata terjadi lagi polio di Papua. Tak hanya itu, dia melanjutkan, KLB atau wabah difteri di Indonesia selama 2007 hingga 2013 telah menyerang 2.869 orang dan 131 jiwa diantaranya meninggal.

Tak hanya itu, ia menyebutkan penyakit campak selama 2012 hingga 2017 menyebabkan 2.853 orang menderita radang paru, 5.706 orang mengalami diare atau infeksi telinga, dan 571 orang mengalami radang otak.

Kemudian ia menyebutkan 1.660 bayi cacat karena rubella. Setiap tahun, dia melanjutkan, terjadi KLB atau wabah yang menyerang bayi, balita, anak yang menyebabkan sakit berat, cacat hingga meninggal.

"Padahal penyakit-penyakit itu dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), tetapi mengapa terjadi KLB atau wabah? Karena imunisasi tidak lengkap ditambah gizi kurang atau kebersihan diri kurang," katanya.

Karena itu, ia meminta orang tua melengkapi imunisasi anaknya karena berdasarkan penelitian penelitian pakar di banyak negara bahwa imunisasi harus dilengkapi karena terbukti aman dan bermanfaat. Ia meminta para orang tua melengkapi imunisasi dasar lengkap pada anak yaitu anak yang baru lahir mendapatkan imunisasi hepatitis B dan polio.

Kemudian, ia menyebutkan bayi berusia satu bulan mendapatkan imunisasi

Bacillus Calmette-Guérin (BCG). Lanjut bayi berusia dua bulan mendapatkan imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT), Hepatitis B-Hib1 ditambah polio, kemudian bayi berumur tiga bulan DPT, HepB-Hib3 ditambah dengan polio dan inactivated poliovirus vaccine (IPV).

Saat bayi berumur sembilan bulan mendapatkan imunisasi campak rubella (MR) 1 dan balita berusia 18 bulan mendapatkan omunisasi DPT-Hepatitis B-Hip4 ditambah polio dan MR2. Kemudian, ia menyebutkan anak-anak kelas 1 mendapatkan imunisasi MR3 dan diphteria tetanus (DT), kelas 2 imunisasi Td, dan kelas 5 imunisasi Td dan human papilloma virus (HPV).

"Ayo lengkapi imunisasi dan cari layanan imunisasi dekat rumah dengan memakai masker, jangan mengobrol, jangan mampir-mampir, cuci tangan pakai sabun, cuci baju pakaian setelah pergi. Bila sudah memungkinkan segera lengkapi dan jangan ditunda-tunda," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement