Senin 27 Apr 2020 22:42 WIB

Perang Badar, Jihad Pertama Terjadi pada Ramadhan

Perang Badar yang terjadi saat Ramadhan adalah momen jihad pertama dalam sejarah

Red: Hasanul Rizqa
Lokasi Perang Badar (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Lokasi Perang Badar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam sistem penanggalan Hijriah. Menurut bahasa, Ramadhan berarti “amat panas”. Nama bulan yang itu diberikan orang-orang Arab karena pada waktu itu padang pasir sangat panas oleh terik matahari.

Bagi umat Islam, Ramadhan adalah bulan yang istimewa. Sebab, pada bulan ini, insan yang beriman diwajibkan oleh Allah SWT untuk berpuasa, yakni menahan diri dari makan, minum, dan melakukan hubungan seksual sepanjang siang hari. Rasulullah SAW pun menyebut bulan ini sebagai Syahr Allah (bulan-nya Allah SWT).

Baca Juga

Selain mulia dan agung, karena pada bulan ini Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada hamba-hambanya, Ramadhan juga bulan spesial dalam sejarah peradaban Islam. Sederet peristiwa penting dan bersejarah terjadi pada bulan yang berjuluk Syahr al-Qur'an (bulan Alquran) itu.

Di antara beragam peristiwa besar kala Ramadhan itu adalah Perang Badar. Pertempuran ini tepatnya terjadi pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah. Perang ini merupakan pertempuran pertama yang dilakukan kaum Muslimin.

Menurut Dr Akram Dhiya al-Umuri, perang itu dimulai ketika kaum Muslimin menekan jalur perdagangan kaum Quraisy ke Syam (Suriah). Kaum Muslimin selalu mengintai pergerakan kaum kafir Quraisy. Hingga suatu hari, terdengar kabar kabilah dagang milik bangsa Quraisy bergerak dari Syam. Kafilah tersebut dipimpin oleh Abu Sufyan Sakhr bin Harb yang membawa sejumlah besar harta dari Quraisy. Ia dikawal oleh 30 hingga 40 orang.

Rasulullah mengirim Basbas untuk mematamatai rombongan itu. Setelah mendapatkan informasi yang dbutuhkan, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk berangkat. Mereka berangkat tergesa-gesa sehingga jumlah pasukan kaum Muslimin tidaklah mewakili kekuatan militer mereka yang sebenarnya, ujar Dr Akram dalam Shahih Sirah Nabawiyah.

Pasukan Muslimin berangkat ke Badar dengan kekuatan 319 tentara. Mereka terdiri atas 100 orang Muhajirin dan selebihnya kaum Anshar. Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang pendekar kaum Musyrikin yang meminta ikut bersama kaum Muslimin. Namun, Rasulullah menolaknya karena warna akidah dalam peperangan harus terlihat nyata dalam Islam. Akhirnya, pendekar tersebut masuk Islam dan diperbolehkan mengikuti perang oleh Rasulullah.

Pergerakan pasukan Muslimin menghadang kafilah Quraisy terdengar oleh Abu Sufyan. Kafilah itu lalu berbelok melewati jalan tepi pantai. Mereka mengirim Dhamdham bin Amru al Ghifari untuk memobilisasi penduduk Makkah untuk melawan kaum Muslimin. Sebanyak 1.000 penduduk Makkah dikerahkan membantu kaum kafir Quraisy. Mereka dipimpin oleh Abu Jahal.

Sesampainya di Badar, kaum Muslimin mencari tempat strategis sebelum kedatangan kaum Musyrikin. Dengan izin Allah, seluruh pasukan tertidur dengan nyenyak sebelum perang dimulai agar mereka dapat berperang dengan tenaga yang cukup. Sementara itu, Rasullullah mengerjakan shalat dan berdoa. Dalam hadis sahih, Ali bin abi Thalib berkata, "Rasulullah SAW dalam munajatnya berkata: 'Ya Allah, jika Engkau binasakan pasukan ini, niscaya Engkau tidak akan disembah.'"

Keesokannya, Nabi Muhammad membangunkan seluruh pasukannya, mengerjakan shalat, lalu membentuk barisan perang. Peperangan diawali dengan duel satu lawan satu. Utbah bin Rabiah maju diikuti oleh putranya, al-Walid dan saudaranya, Syaibah. Rasulullah menyuruh Hamzah, Ali, dan Ubaidah maju menantang mereka. Hamzah berhasil menewaskan Utbah dan Ali berhasil menewaskan Syaibah.

Duel ini memberi pengaruh yang besar terhadap pasukan Musyrikin dan mereka pun menyerang. Rasulullah memerintahkan para sahabat menghujani pasukan Musyrikin dengan panah dan perang dahsyat pun terjadi. Abu Jahal dibunuh oleh Muadz bin Amru bin al Jamuh dan Muadz bin Afraa.

Peperangan tersebut membuat jumlah kaum Quraisy berkurang. Sebanyak 70 di antara mereka mati terbunuh dan 70 dari mereka ditawan oleh pasukan Muslimin. Sisanya melarikan diri karena kehilangan pemimpin. Kaum Muslimin pun memenangkan perang tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement