REPUBLIKA.CO.ID, Di balik pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah binti Abu Bakar dan Saudah binti Zam'ah, terdapat nama Khaulah binti Hakim. Perempuan yang termasuk dalam generasi-generasi awal yang memeluk agama Islam ini meminang Aisyah untuk Rasulullah SAW kepada keluarga Abu Bakar.
Selain itu, Khaulah meminang Saudah binti Zam'ah untuk dinikahi Rasulullah SAW. Ini semua dilakukan Khaulah atas izin Rasulullah SAW. Peristiwa ini pun terjadi pascakepergian istri pertama Rasulullah SAW, Khadijah binti Khuwaillid.
Khaulah, yang saat itu melihat kegelisahan dan kesedihan Rasulullah SAW mendatangi dan menawarkan diri untuk mencarikan istri untuk Rasulullah SAW. Ini dilakukan Khaulah untuk mengobati kesedihan Rasulullah SAW yang ditinggal meninggal dunia oleh Khadijah binti Khuwailid. Namun, itu bukan satu-satunya kemuliaan Khaulah binti Hakim.
Khaulah binti Hakim memiliki nama lengkap Khaulah binti Hakim Ibnu Umaiyah as-Sulamiah. Dia merupakan istri dari salah satu pemimpin kaum muhajirin, Usman bin Madzun. Dari perkawinannya dengan Usman, Khaulah dikaruniai dua orang anak, as-Saib dan Abdurrahman.
Di kalangan kaum Muslimah Makkah, Khaulah dikenal sebagai perempuan yang fasih berkata-kata dan memiliki kemampuan kesusastraan yang tinggi. Dia juga dikenal memiliki syair-syair yang indah.
Selain itu, Khaulah binti Hakim juga dikenal dekat dengan istri-istri Rasulullah SAW. Tidak jarang, Khaulah datang untuk menanyakan kabar dan bersilaturahim dengan istri-istri Rasulullah SAW. Istri-istri Rasulullah SAW pun menghormati Khaulah binti Hakim. Bahkan, dalam suatu kisah, Khaulah binti Hakim pernah menemui Siti Aisyah untuk menceritakan masalah kehidupan rumah tangganya.
Pada saat itu, Khaulah datang dengan kondisi rambut yang acak-acakan dan baju yang tidak terurus. Khaulah terlihat tidak pernah berdandan. Aisyah pun menanyakan alasan Khaulah melakukan hal tersebut. Hal ini, kata Khaulah, tidak terlepas dari sikap suaminya. ''Pada waktu malam, dia senantiasa melaksanakan sholat. Manakala pada waktu siang, dia selalu berpuasa,'' kata Khaulah.
Sikap suaminya tersebut membuat Khaulah seperti tidak diperhatikan. Akhirnya, Aisyah menyampaikan masalah Khaulah tersebut kepada Rasulullah SAW. Tidak berapa lama, Rasulullah SAW bertemu dengan Utsman bin Madzun. Pada saat itu, Rasulullah SAW bertanya kepada Utsman mengenai kondisi Khaulah. Utsman pun menjawab, hal itu lantaran dia ingin fokus untuk menjalankan ibadah kepada Allah.
Namun, Rasulullah SAW mengingatkan kembali Utsman tentang kewajiban yang harus diberikan seorang suami kepada istri. Utsman pun diminta untuk mencontoh Rasulullah SAW yang tetap memperhatikan keluarganya. Rasulullah SAW bersabda, ''Hai Utsman, sesungguhnya praktik kerahiban itu tidak diwajibkan kepada kita. Apakah kamu tidak menjadikan aku sebagai teladan yang baik? Demi Allah, aku memberi peringatan dan melindungi kamu dengan hukum Allah.''
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, ''Hai Utsman! Sesungguhnya praktik kerahiban itu tidak diwajibkan kepada kita. Apakah engkau tidak mendapatkan keteladanan dari diriku? Demi Allah, di antara kalian, akulah orang yang paling takut kepada Allah dan yang paling menjaga batasan-batasan-Nya.''
Selepas mendengar sabda dari Rasulullah SAW tersebut, Utsman pun kembali ke keluarganya dan memperhatikan Khaulah. Tidak hanya itu, Khaulah pun kembali berdandan dan memakai wewangian serta memiliki penampilan yang baik. Riwayat dari Khaulah dan suaminya ini memberikan hikmah terkait kewajiban dan hak yang harus diberikan seorang suami kepada istri dan keluarganya. Meski di satu sisi, seorang suami juga tidak meninggalkan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Selama hidupnya, Khaulah telah meriwayatkan 15 hadis Rasulullah SAW. Salah satu hadis paling populer adalah soal amalan doa yang dipanjatkan Rasulullah SAW saat mendatangi sebuah tempat. Hadis tersebut berbunyi, "Telah menceritakan kepada kami (Abu Mu'awiyah), dia berkata, telah menceritakan kepada kami (Hajjaj) dari (Ar Rabi bin Malik) dari (Khaulah binti Hakim), dia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa singgah di suatu tempat kemudian dia berkata A'uudzu bukalimatillahit taammah kulliha min syarri maa khalaq (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah dari keburukan yang Dia ciptakan) maka ia tidak akan diganggu sesuatu pun hingga ia pergi darinya," (HR Ahmad No.25873).