REPUBLIKA.CO.ID, Jumlah kasus virus corona mencapai lebih dari tiga juta secara global, karena pandemi itu terus menyebar di seluruh dunia. Namun, angka terbaru juga menunjukkan bahwa ribuan orang telah pulih dari penyakit itu.
Walaupun tingkat pemulihannya menjanjikan, bukan berarti mereka yang telah terinfeksi virus corona masih tidak berisiko. Para ahli percaya terinfeksi virus itu sekali, bukan berarti pasien tidak dapat sakit lagi.
Jika pulih dari virus corona baru, apakah pasien memiliki kekebalan? Dilansir di Independent.co.uk, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan hingga saat ini, ada lebih dari 200 ribu kematian akibat virus corona secara global.
Namun, sebagian besar orang yang terinfeksi virus yang menyebabkan Covid-19 itu memiliki penyakit ringan dan sembuh. Namun, pulih dari infeksi virus tidak berarti Anda tidak dapat terkena lagi. WHO mengonfirmasi hal itu dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 24 April lalu.
“Saat ini tidak ada bukti bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19 dan memiliki antibodi, terlindung dari infeksi kedua,” kata organisasi itu.
Menurut Direktur Pencegahan dan Perawatan Radang Paru-paru di Rumah Sakit Persahabatan Jepang, Beijing, Li QinGyuan, pasien yang telah terinfeksi Covid-19 mengembangkan antibodi pelindung, tetapi belum jelas berapa lama perlindungan berlangsung.
“Namun, pada individu tertentu, antibodi tidak dapat bertahan selama itu. Bagi banyak pasien yang telah sembuh, ada kemungkinan kambuh,” ujar Li kepada USAToday.
Pada anak-anak, saat ini diyakini bahwa virus menyebabkan perkembangan kekebalan jangka pendek. Asisten profesor pediatri di University of Texas Medical School di Houston, dr. Peter Jung menjelaskan tidak ada yang tahu pasti, tetapi kebanyakan anak-anak kemungkinan mengembangkan setidaknya kekebalan jangka pendek terhadap virus corona spesifik yang menyebabkan Covid-19.
“Tetapi seperti halnya flu dapat bermutasi, demikian juga Covid-19, yang akan membuat seseorang rentan untuk mengalami kembali infeksi,” kata Jung kepada The Huffington Post.
Namun, menurut seorang dokter penyakit menular di Penn Medicine dan direktur medis Penn Global Medicine, Stephen Gluckman mengatakan pernah terkena Covid-19 mengakibatkan kekebalan pada sebagian besar individu. Seperti yang terlihat pada kasus lain virus corona.
“Virus corona bukan hal baru, mereka sudah ada sejak lama, dan banyak spesies (bukan hanya manusia) terinfeksi. Jadi kita tahu cukup banyak tentang virus corona secara umum,” ujar dia.
Untuk sebagian besar, dia mengatakan seseorang yang pernah memiliki virus corona spesifik membuatnya kebal terhadap virus tersebut. Namun, dia melanjutkan, ilmuan tidak memiliki cukup data untuk mengatakan hal serupa terhadap infeksi virus corona yang menyebabkan Covid-19. Namun, menurut dia, kemungkinan besar hal serupa juga terjadi.
Menurut sebuah penelitian, orang dengan infeksi ringan dapat dites positif terkena virus melalui penyeka tenggorokan, setelah berhari-hari dan bahkan berminggu-minggu terinfeksi. “Respons kekebalan terhadap Covid-19 belum dipahami. Pasien dengan infeksi MERS-CoV tidak mungkin terinfeksi kembali tidak lama setelah mereka pulih, tetapi belum diketahui apakah perlindungan kekebalan yang serupa akan tampak untuk pasien dengan Covid-19,” kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Dalam pernyataannya pada 24 April, WHO menyatakan tidak ada penelitian yang mengevaluasi apakah keberadaan antibodi terhadap SARS-CoV-2 (Covid-19) memberikan kekebalan terhadap infeksi selanjutnya virus itu pada manusia. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami apakah mungkin seseorang terinfeksi ulang dengan virus corona baru? Para ahli merekomendasikan mereka yang telah terinfeksi mengikuti langkah-langkah kebersihan yang digariskan CDC, termasuk menjauhi orang yang sakit, sering mencuci tangan, serta menutupi batuk dan bersin.