Rabu 29 Apr 2020 08:21 WIB

Prancis akan Longgarkan Lockdown Secara Bertahap

Prancis perlu melonggarkan lockdown menghindari keruntuhan ekonomi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolandha
Seorang penjaga toko Aljazair dengan mengunakan masker menjual kue disaat sebelum waktu berbuka puasa di pasar Arab daerah Porte de Montreuil di Paris, Prancis, Ahad (26/4). Prancis perlu melonggarkan lockdown menghindari keruntuhan ekonomi.
Foto: EPA
Seorang penjaga toko Aljazair dengan mengunakan masker menjual kue disaat sebelum waktu berbuka puasa di pasar Arab daerah Porte de Montreuil di Paris, Prancis, Ahad (26/4). Prancis perlu melonggarkan lockdown menghindari keruntuhan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis akan mewajibkan penggunaan masker di transportasi umum dan sekolah menengah ketika mulai mengurangi lockdown virus corona pada 11 Mei. Sekolah akan dibuka kembali secara bertahap, dimulai dengan taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Murid berusia 11-15 tahun akan diharapkan untuk memakai masker.

Ketika berbicara di parlemen, Perdana Menteri Edouard Philippe mengatakan lockdown itu telah menyelamatkan sekitar 62 ribu nyawa di Prancis dalam sebulan. Tetapi sudah waktunya untuk melonggarkan tindakan ini untuk menghindari keruntuhan ekonomi.

Baca Juga

"Kita harus belajar hidup dengan virus," katanya, sampai vaksin atau pengobatan yang efektif tersedia.

Dia menyimpulkan prioritas Prancis sebagai melindungi, menguji, dan mengisolasi. Parlemen mendukung usulnya setelah debat oleh mayoritas besar. Hanya 75 dari hampir 600 anggota parlemen Prancis yang diizinkan masuk ke dalam majelis karena alasan pembatasan sosial, dengan yang lainnya memberikan suara melalui proxy.

Dilansir BBC, Rabu (29/4) disebutkan, toko-toko dan pasar yang tidak penting akan membuka pintu mereka lagi mulai 11 Mei, kecuali bar dan restoran. Menurut perdana menteri, toko-toko akan memiliki hak untuk meminta pembeli untuk mengenakan masker, dan harus memastikan mereka tetap terpisah satu meter.

Sebagai bantuan bagi banyak orang, Prancis akan dapat keluar lagi tanpa sertifikat yang mengonfirmasi niat mereka keluar. Pertemuan publik hingga 10 orang akan diizinkan. Tempat penitipan anak juga akan dibuka kembali, tetapi dengan maksimal 10 anak di setiap kelompok.

Prancis telah menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian Covid-19 tertinggi di Eropa, bersama dengan Inggris, Italia dan Spanyol. Pada hari Selasa (28/4) jumlah korban meninggal akibat virus naik 367 menjadi 23.660, dengan sekitar 129.859 orang telah terinfeksi. Penerimaan di rumah sakit dan jumlah pasien dalam perawatan intensif telah menurun, memberikan alasan untuk optimisme hati-hati.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement