Rabu 29 Apr 2020 09:54 WIB

Kasus Corona Tembus 1 Juta, AS Tetap Perlonggar Lockdown

Sejumlah negara bagian AS mulai membuka aktivitas bisnis meski kasus corona naik.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Petugas kesehatan mengangkut mayat ke truk kulkas yang berfungsi sebagai kamar mayat sementara di Kingsbrook Jewish Medical Center, Brooklyn, New York, AS, Rabu (8/4). New York masih tetap menjadi pusat penyebaran wabah koronavirus di Amerika Serikat, sehingga masih ada kekhawatiran bahwa sistem layanan kesehatan tidak akan dapat mengurus volume pasien COVID-19
Foto: EPA-EFE/Peter Foley
Petugas kesehatan mengangkut mayat ke truk kulkas yang berfungsi sebagai kamar mayat sementara di Kingsbrook Jewish Medical Center, Brooklyn, New York, AS, Rabu (8/4). New York masih tetap menjadi pusat penyebaran wabah koronavirus di Amerika Serikat, sehingga masih ada kekhawatiran bahwa sistem layanan kesehatan tidak akan dapat mengurus volume pasien COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pemimpin negara bagian dan pusat di Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan pelonggaran pembatasan kegiatan. Keputusan tersebut tetap berjalan meski jumlah kasus virus corona telah melewati angka 1 juta.

Jumlah kasus yang dilaporkan di AS meningkat dua kali lipat dalam 18 hari terakhir. Sekarang AS menjadi penyumbang sepertiga dari semua infeksi di dunia, dengan sekitar 30 persen kasus telah terjadi di Negara Bagian New York, New Jersey, Massachusetts, Kalifornia, dan Pennsylvania.

Baca Juga

Meski jumlah kasus meningkat, Presiden AS Donald Trump tetap ingin membuka aktivitas ekonomi negara itu. Dalam jumpa pers hari Senin (27/4), dia mendesak beberapa pemimpin negara bagian dan wali kota untuk mulai mempertimbangkan pembukaan sekolah.

Lembaga pendidikan ditutup di seluruh negara sepanjang bulan Maret saat pandemi melanda AS. Pembicaraan tentang pembukaan sekolah pun dilakukan ketika beberapa negara bagian mulai membuka kembali bisnis-bisnis yang tutup.

Langkah-langkah jarak sosial yang ketat dan penutupan bisnis di seluruh negeri telah membekukan ekonomi. Setidaknya 26 juta orang mengajukan tunjangan pengangguran dalam lima pekan terakhir, terbesar sejak tahun 1930-an.

Gubernur Georgia, Brian Kemp, mulai membuka kembali perekonomian negaranya pada Selasa (28/4) meskipun ada tekanan balik dari pemimpin kota-kota besar seperti Atlanta. Beberapa bisnis yang tidak esensial seperti salon kecantikan, restoran, dan arena boling diizinkan untuk dibuka kembali selama mengikuti panduan jarak sosial.

Dikutip dari Aljazirah, Gubernur Texas, Greg Abbott, yang wilayahnya memiliki ekonomi terbesar kedua di AS, akan mengakhiri anjuran tetap tinggal di rumah pada Kamis (30/4). Beberapa bisnis akan mulai dibuka kembali pada hari berikutnya.

Meski beberapa negara bagian telah mengumumkan pelonggaran, para ahli kesehatan memperingatkan bahwa AS tidak dapat kembali ke keadaan normal sampai pengujian meluas dilakukan. Tanpa pengujian yang meluas, negara itu berisiko mendapatkan lonjakan kasus virus corona.

Meski beberapa negara bagian mulai membuka kembali bisnis, banyak penduduk AS tetap ragu untuk kembali ke rutinitas hariannya. Sebuah jajak pendapat CBS pada 23 April melaporkan bahwa 70 persen responden berpikir prioritas utama bangsa harus memperlambat penyebaran virus.

Sementara itu, hanya 30 persen berpikir warga harus membuat ekonomi berjalan. Salah satu cara untuk mendorong ekonomi tersebut adalah orang kembali bekerja, bahkan jika itu berarti lebih banyak orang mungkin terkena virus corona. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement