Sopir taksi menunggu penumpang di kawasan jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Selasa (28/4). Sejumlah sopir taksi mengalami penurunan pendapatan sekitar 80 persen dari biasanya mampu menghasilkan Rp (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Sopir taksi memperlihatkan uang dari hasil mengangkut penumpang di kawasan jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Selasa (28/4). Sejumlah sopir taksi mengalami penurunan pendapatan sekitar 80 persen dari biasanya mampu menghasilkan Rp (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Sopir taksi menunggu penumpang di kawasan jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Selasa (28/4). Sejumlah sopir taksi mengalami penurunan pendapatan sekitar 80 persen dari biasanya mampu menghasilkan Rp (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Sopir taksi menunggu penumpang di kawasan jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Selasa (28/4). Sejumlah sopir taksi mengalami penurunan pendapatan sekitar 80 persen dari biasanya mampu menghasilkan Rp (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Sopir taksi tertidur saat menunggu penumpang di kawasan jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Selasa (28/4). Sejumlah sopir taksi mengalami penurunan pendapatan sekitar 80 persen dari biasanya mampu menghasilkan Rp (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Sopir taksi menunggu penumpang di kawasan jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Selasa (28/4). Sejumlah sopir taksi mengalami penurunan pendapatan sekitar 80 persen dari biasanya mampu menghasilkan Rp (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta berimbas pada mobilitas warganya. Mobilitas warga yang menurun juga mempengaruhi pendapatan sopir taksi.
Sejumlah sopir taksi mengalami penurunan pendapatan sekitar 85 persen, dari biasanya mampu menghasilkan Rp. 650.000 dalam sehari kini hanya mampu mendapatkan Rp. 50.000 dalam sehari.
sumber : Republika
Advertisement