Rabu 29 Apr 2020 10:57 WIB

Warga Jepang Dikarantina, Tikus Berkeliaran di Jalanan

Puluhan tikus terlihat di jalanan sepi mencari makan dari kantong-kantong sampah.

Seorang pria berjalan di distrik Asakusa yang kosong, Tokyo, Jepang, Senin (13/4). Ketika banyak restoran tutup dan warga tetap berada di rumah selama keadaan darurat di Jepang untuk memerangi virus corona, para ahli mengatakan tikus-tikus mungkin memperluas pencarian untuk makanan ke jalan-jalan sepi yang dulu dipenuhi manusia.
Foto: AP / Eugene Hoshiko
Seorang pria berjalan di distrik Asakusa yang kosong, Tokyo, Jepang, Senin (13/4). Ketika banyak restoran tutup dan warga tetap berada di rumah selama keadaan darurat di Jepang untuk memerangi virus corona, para ahli mengatakan tikus-tikus mungkin memperluas pencarian untuk makanan ke jalan-jalan sepi yang dulu dipenuhi manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Ketika banyak restoran tutup dan warga tetap berada di rumah selama keadaan darurat di Jepang untuk memerangi virus corona, para ahli mengatakan tikus-tikus mungkin memperluas pencarian untuk makanan ke jalan-jalan sepi yang dulu dipenuhi manusia. Di distrik kehidupan malam Kabukicho Tokyo, tempat banyak bar dan tempat hiburan dewasa sudah ditutup, tikus-tikus berkeliaran di jalan-jalan yang sebagian besar kosong pada suatu malam belum lama ini.

Stasiun penyiaran publik NHK pada Senin (27/4) menayangkan kejadian serupa. Puluhan tikus berlari di jalan yang sepi, berlomba di antara gedung-gedung dan makan dari kantong-kantong sampah di suatu distrik hiburan di kota barat daya Kitakyushu.

Baca Juga

"Restoran ditutup dan sampah yang dimakan (tikus) habis, jadi mereka mencari makanan," kata Tsutomu Tanikawa, petugas Asosiasi Pemusnahan Tikus.

"Jumlah orang semakin sedikit, dan ketika tikus lapar, mereka menjadi kurang waspada terhadap manusia. Ini bukan hanya masalah Jepang, itu terjadi di seluruh dunia," katanya.

photo
Warga beraktivitas di jalanan kosong di Tokyo, Jepang, Selasa (28/4) - (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jepang tidak menerapkan karantina wajib seperti beberapa negara. Namun, Perdana Menteri Shinzo Abe menyatakan keadaan darurat untuk tujuh prefektur, termasuk Tokyo pada 7 April.

Pernyataan keadaan darurat itu memberikan wewenang kepada gubernur untuk meminta bisnis ditutup dan orang-orang tinggal di rumah. Keadaan darurat telah diperluas secara nasional.

Pejabat kesehatan Kota Kitakyushu, Takao Koezuka, mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada peningkatan keluhan tentang tikus di kota tersebut. "Kita perlu melihat ini lebih dalam untuk memahami situasi," kata Koezuka.

Tikus dapat membawa penyakit. Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat mengatakan tidak ada bukti bahwa hewan memainkan peran penting dalam menyebarkan virus corona.

Sebelumnya, kekhawatiran tentang serangan tikus di Jepang menarik perhatian menjelang penutupan pasar Tsukiji di Tokyo pada Oktober 2018. Pasar tersebut merupakan pasar ikan tertua di dunia dan salah satu objek wisata utama Jepang.

Penutupan pasar Tsukiji memicu prediksi bahwa gerombolan tikus akan berlarian, termasuk ke daerah perbelanjaan kelas atas Ginza. Untuk menanggapi prediksi itu, para pedagang dan pihak berwenang melakukan operasi besar pemusnahan tikus yang menurut para pejabat secara umum berhasil.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement