Rabu 29 Apr 2020 12:06 WIB

BTPN Syariah Bangun Optimisme Pada Nasabah Prasejahtera

Total aset BTPN Syariah tumbuh 27.6 persen menjadi Rp 16.0 triliun

Warni, salah satu nasabah pembiayaan BTPN Syariah yang berhasil mengembangkan usaha penjualan ikan asinnya di Cirebon, Jawa Barat, Jumat (14/2).
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Warni, salah satu nasabah pembiayaan BTPN Syariah yang berhasil mengembangkan usaha penjualan ikan asinnya di Cirebon, Jawa Barat, Jumat (14/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Di tengah pandemi Covid  19  yang  menantang,  BTPN  Syariah  mencatatkan pertumbuhan yang baik pada kuartal pertama 2020 ini. Dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp 9,7 triliun tumbuh 23.8 persen dari periode sebelumnya Rp 7,8 triliun. Penyaluran pembiayaan tumbuh 22.1 persen menjadi Rp 9.2 triliun dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 7.5 triliun.

Rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) tetap terjaga sebesar 1.4 persen. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) masih kuat di posisi 42.4 persen.

Fokus melayani segmen keuangan inklusif, BTPN Syariah bertekad untuk terus membangun optimisme kepada nasabahnya untuk melampaui masa sulit pandemi ini secara bersama sama, melalui program pendampingan yang berkelanjutan, dengan melayani transaksi keuangan masyarakat, serta mengetahui kebutuhan mereka sesuai anjuran regulator. Baik dalam  hal  relaksasi atau kelonggaraan pembiayaan bagi nasabah yang usahanya terdampak langsung, atau kebutuhan perbankan lainnya.

"Kita sama sama tahu kondisi pandemi saat ini memang tidak mudah bagi semua usaha termasuk perbankan. Sehingga bisa saja pertumbuhan yang kami catatkan berikutnya tidak  semoncer saat  ini. Akan tetapi kami tetap optimis dan fokus untuk melayani nasabah kami yang unik, yaitu para perempuan dari keluarga prasejahtera produktif yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Nasabah kami terbiasa dilayani oleh petugas lapangan langsung ke tempat mereka secara regular.

Dengan demikian kami merasakan langsung bagaimana pandemi  ini  mempengaruhi  usaha mereka. Karenanya, pertemuan yang memenuhi protokoler kesehatan yang berlaku, sebisa mungkin kami upayakan, bahkan melalui telepon, whatsapp atau SMS. Pendekatan ini dilakukan tidak hanya menjalankan anjuran peraturan regulator untuk tetap melayani transaksi keuangan masyarakat, namun lebih dari itu.

Kami perlu mengetahui kebutuhan mereka, misalnya relaksasi pembiayaan, atau sekedar melayani penarikan tabungan. Namun yang terpenting dari itu semua, pendekatan ini ditujukan demi memastikan semangat mereka untuk terus berusaha tetap terjaga. Semangat ini yang membuat kreatifitas mereka jadi tumbuh dan tidak  menyerah  menghadapi masa sulit ini. BTPN Syariah mendukung," kata Arief Ismail, Direktur Kepatuhan yang merangkap Corporate Secretary BTPN Syariah.

"Salah satu contoh nasabah kami di Garut, yang rutin memproduksi pakaian seragam sekolah. Karena Covid permintaan menjadi menurun tajam. Dengan bertukar pikiran bersama community officer sebutan bagi petugas kami dilapangan, nasabah  tersebut  beralih  memproduksi  masker dan Baju Hazmat untuk Alat Perlindungan Diri (APD) bagi tenaga medis. Permintaan APD cukup tinggi, sehingga nasabah tersebut membutuhkan penambahan pembiayaan," kata Arief.

Hingga periode ini, total aset BTPN Syariah tumbuh 27.6 persen menjadi Rp 16.0 triliun dari Rp 12.5 triliun. Adapun laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp 402 miliar, tumbuh 39.5 persen dari  Rp  288 miliar (YoY).

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement