REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- China menuduh Australia memainkan 'trik kecil' dalam ketegangan yang semakin memanas setelah Canberra mendorong penyelidikan sumber dan penyebaran virus corona. Keretakan itu dapat merusak hubungan diplomatik dan ekonomi kedua negara.
Setelah duta besar China untuk Australia Cheng Jingye mengatakan upaya Australia mendorong penyelidikan Covid-19 dapat memicu konsumen di China memboikot produk-produk Negeri Kanguru. Menteri-menteri pemerintahan Australia berulang kali mengatakan China sebagai mitra dagang terbesar mereka mengancam akan melakukan 'koersi ekonomi'.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) memanggil Cheng untuk mengungkapkan keprihatinan mereka. Lalu Kedutaan Besar China merilis detail percakapan panggilan tersebut. DFAT mengecam langkah kedutaan besar China itu.
Kedutaan Besar China kembali membalas pemerintah Australia. Dalam situsnya mereka mengatakan percakapan itu 'sudah dibocorkan lebih dulu oleh beberapa pejabat Australia'. Mereka harus merilis detailnya untuk meluruskan beberapa hal.
"Kedutaan Besar China tidak memainkan trik kecil, itu bukan tradisi kami, tapi jika yang lain melakukannya, kami akan membalas," kata juru bicara kedutaan dalam pernyataannya, Rabu (29/4).
Sebelumnya Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan seruannya untuk melakukan penyelidikan independen tentang asal-usul virus corona penyebab Covid-19 logis serta masuk akal. Hal itu tidak dimaksudkan menargetkan negara tertentu.
Media-media milik pemerintah China menyerang Morrison. Di tabloid milik pemerintah China Global Times, pakar Australia Chen Hong menulis Australia 'ujung tombak' dalam 'kampanye jahat untuk menjebak dan menuduh China'.
Pemimpin redaksi People Daily, surat kabar yang dikelola Beijing, Hu Xijin menulis di media sosial Cina, selama ini Australia selalu membuat masalah. "Seperti permen karet yang menempel di sol sepatu China, terkadang Anda harus menemukan batu untuk menghilangkannya," tulis Hu.