REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Kepala tim medis Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA), Michel D'Hooghe tidak yakin dengan kembalinya turnamen sepak bola di Eropa dalam waktu dekat. Menurut dia, ini bukan lagi soal uang, tapi tentang hidup dan mati.
Pernyataan tersebut kontras dengan keinginan UEFA untuk mendorong turnamen domestik. Berbagai cara pun dilakukan bahkan jika harus mengubah format menjadi //play off//. Dilansir dari laman Football Italia pada Rabu (29/4), pemerintah Prancis mengumumkan Liga 1 dan Liga 2 tidak akan ada hingga September.
Artinya, Prancis bergabung dengan Belgia, Belanda dan Argentina yang mendeklarasikan musim 2019-2020 berakhir. "Kita semua tunduk pada keputusan di tingkat nasional dari otoritas publik. Ini sangat sederhana, sepak bola bukan hal yang paling penting dalam hidup," kata kepala tim medis UEFA, Dohoghe.
Dia mengaku lebih senang jika kompetisi kembali dimulai dengan cara yang ebih mudah. Untuk itu, dia mendukung jika musim baru 2020-2021 mulai pada akhir Agustus atau awal September. "Hingga akhirnya mereka bisa menghindari serangan kedua dari virus, yang bukan tidak mungkin terjadi. Semua orang harus sangat berhati-hati saat ini.Saya mendengar banyak negara yang akan memulai sepak bola, dengan atau tanpa penonton," katanya.
Dia mengakui ada keseimbangan antara ekonomi dan kesehatan dalam sepak bola. Apakah itu hanya soal ekonomi, atau jetlag dan kondisi ekstrim di sepak bola. "Jika ada satu keadaan dimana argumen medis harus menang melawan argumen ekonomi, inilah saatnya. Ini bukan masalah uang, ini masalah hidup dan mati," katanya.
Bundesliga menjadi salah satu kompetisi yang akan kembali dimulai pada 9 Mei. Sementara Serie A akan berlangsung pada 2 Juni. Kedua kompetisi ini telah melalui tahap kesiapsiagaan. Padahal D'Hooghe memperingatkan ada area olahraga yang berbahaya. Itu karena penyebaran fisik bisa terjadi pada orang yang meludah ataupun bernapas melalui hidung.