Rabu 29 Apr 2020 23:38 WIB

Seniman: Profesi Penari Masih Dianggap tidak Menjanjikan

Profesi penari di Indonesia masih dijadikan sebagai pekerjaan sampingan dan hobi.

Profesi penari di Indonesia masih dijadikan sebagai pekerjaan sampingan dan hobi (Foto: ilustrasi penari)
Foto: Republika/ Wihdan
Profesi penari di Indonesia masih dijadikan sebagai pekerjaan sampingan dan hobi (Foto: ilustrasi penari)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Profesi penari belum sepenuhnya diterima di Indonesia dan masih dianggap sebagai pekerjaan sampingan. Di Hari Tari sedunia ini, salah seorang seniman tari Indonesia, Yola Yulfianti, mengemukakan harapannya.

Yola yang juga Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta ini mengatakan seni tari di Indonesia masih dianggap bagian dari ritual adat saja. Para orangtua pun kebanyakan akan melarang anaknya untuk menjadi seniman tari lantaran pekerjaan tersebut dianggap tidak menjanjikan untuk masa depan.

Baca Juga

Tidak heran jika seniman tari tidak terlalu banyak di Indonesia. Mereka cenderung menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan atau hobi.

"Padahal seniman tari enggak harus nari, konteksnya banyak bisa jadi pengamatnya, direktur artistiknya, tari untuk pembukaan apa itu kan fee-nya lumayan juga sebenarnya. Kita kampanyenya juga dikit ya soal profesi ini," kata Yola, Rabu (29/4).

Yola juga berharap stigma negatif terhadap profesi penari bisa berubah. Jika pekerjaan ini bisa diterima oleh masyarakat, maka pendapatannya pun bisa menjanjikan seperti bidang profesi lain.

"Kadang-kadang kita dianggap negatif karena kita kerja dengan tubuh. Terus lebih diterima masyarakat terhadap profesi ini. Diterima tuh maksudnya terkadang dalam satu acara, tarian cuma ornamen doang. Dari situ ketika profesi ini dianggap, akan ada income yang baik juga, maka akan banyak muncul seniman tari," jelas penerima penghargaan "Pearl" dalam ajang Dance Film Internasional di Berlin, Jerman ini.

"Di Indonesia pekerjaan ini masih disambi, kalau di luar negeri kan i am a dancer atau i am a choreographer. Di sana mereka kerja jam 9-5 di studio gitu. Kalau di kita kan enggak, enggak bisa hidup dari situ, mesti nulis juga, jaga toko dulu," lanjutnya.

Di masa pandemi COVID-19 ini, Yola juga berharap agar para seniman tari tidak menyerah dan alih profesi lantaran tidak ada pemasukan. Ia takut profesi yang sudah sedikit ini akan semakin berkurang.

"Teman-teman seniman tari jangan menyerah, jangan alih profesi. Kita takut setelah COVID-19 ini enggak ada penari lagi. Kita tetap menjaga seniman tetap seniman," kata Yola.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement