REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) tidak mengetahui keberadaan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Namun, AS mengawasi laporan tentang kesehatan Kim Jong-un dengan cermat.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga mengatakan AS belum mendapatkan informasi secara rinci, Rabu (29/4). Media Korea Utara belum melaporkan keberadaan Kim sejak memimpin pertemuan pada 11 April. Peristiwa itu memicu spekulasi kuat tentang kesehatan Kim dan meningkatkan kekhawatiran tentang ketidakstabilan di negara itu dapat mempengaruhi negara-negara Asia Utara lainnya dan AS.
"Kami belum melihatnya. Kami tidak memiliki informasi untuk dilaporkan hari ini, kami mengawasinya dengan cermat," kata Pompeo kepada Fox News.
Para pejabat di Korea Selatan dan AS mengatakan, Kim mungkin sedang tinggal di resor pantai untuk menghindari paparan virus corona. Pernyataan itu mencoba menampik kabar Kim sedang berada dalam kondisi kritik, bahkan telah meninggal dunia.
Selain persoalan Kim, Pompeo mengatakan, AS juga memantau situasi yang lebih luas di Korea Utara, mengingat risiko yang ditimbulkan oleh virus corona. "Ada risiko nyata bahwa akan ada kelaparan, kekurangan makanan, di dalam Korea Utara," katanya.
Pompoe mengaku AS menaruh perhatian pada keadaan Korea Utara menghadapi penyebaran virus corona. "Kami memperhatikan setiap hal itu dengan cermat, karena mereka memiliki dampak nyata pada misi kami, yang pada akhirnya akan mendenuklirisasi Korea Utara," kata Pompeo.
Presiden AS Donald Trump telah bertemu Kim sebanyak tiga kali pada 2018 dan 2019. Pertemuan itu dalam upaya membujuk Kim untuk menanggalkan program senjata nuklir. Pembicaraan seputar itu pun terhenti, meski begitu Trump terus memuji Kim sebagai teman.
Pompeo tidak menguraikan risiko kelaparan di Korea Utara, tetapi delegasi ekonomi Korea Utara dijadwalkan ke Beijing pekan ini. Mereka akan membahas pasokan makanan dan masalah perdagangan karena wabah virus corona sangat mengganggu.
Korea Utara yang menutup diri sangat rentan terhadap kekurangan makanan. Korea Selatan memperkirakan, sebanyak 1,1 juta orang meninggal selama kelaparan pada 1990-an.