REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pasukan yang setia kepada komandan Libya, Khalifa Haftar mengumumkan gencatan senjata sepihak selama bulan suci Ramadhan pada Kamis (30/4). Juru Bicara Tentara Nasional Libya (LNA), Ahmed Al-Mismari, mengatakan semua operasi militer telah dihentikan selama bulan puasa.
Dilansir di Anadolu Agency, Kamis (30/4), Mismari mencatat, LNA memiliki hak untuk menanggapi tindakan militer dan tidak menyerah pada tujuan mereka. Beberapa jam sebelumnya, pasukan Haftar menyerang fasilitas kesehatan militer di ibu kota Tripoli dengan roket.
Seorang petugas kesehatan terbunuh dan enam petugas terluka. Kebakaran juga terjadi di sebuah cagar alam di selatan Tripoli akibat serangan rudal. Haftar pada Senin lalu secara sepihak menyatakan dirinya sebagai penguasa Libya.
Dalam sebuah pesan video, ia menunjuk demonstrasi jalanan di daerah-daerah di bawah kendalinya dan mengklaim bahwa ia menerima mandat rakyat Libya untuk memerintah negara itu. Dia mengatakan perjanjian Skhirat yang ditandatangani pada 2015 oleh pihak-pihak yang bertikai di Libya di bawah naungan PBB adalah sesuatu yang berasal dari masa lalu.
Di bawah kesepakatan itu, Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) dibentuk untuk mengelola proses transisi di Libya. Namun, Haftar dan sekutu politiknya berusaha mencegah perjanjian yang mulai berlaku dengan inisiatifnya di lapangan.
GNA telah diserang oleh pasukan Haftar sejak April lalu, dengan lebih dari 1.000 tewas dalam kekerasan. Akibat dari kondisi itu, diluncurkan Operasi Badai Perdamaian pada 26 Maret untuk melawan serangan di ibu kota.
Sejak penggulingan penguasa lama Muammar Gaddafi pada 2011, dua kursi kekuasaan telah muncul di Libya: Haftar di Libya timur, yang didukung oleh Mesir dan Uni Emirate Arab, dan kedua adalah GNA di Tripoli, yang telah mendapat pengakuan PBB dan internasional.