Warta Ekonomi.co.id, Bogor
Samsung mengantisipasi pukulan menyakitkan akibat virus corona, karena rantai pasokan gobal berdampak negatif terhadap permintaan ponsel pintar, serta mempersulit adopsi teknologi 5G.
Meski begitu, Samsung mencatat laba operasi senilai 5,3 miliar dolar AS pada kuartal I 2020, naik 3,5% daripada periode yang sama tahun lalu, sesuai ekspektasi analis.
"Pendapatan naik 5,6 % menjadi 45,4 miliar dolar AS, tetapi laba turun 3,2% menjadi 4 miliar dolar AS (sekitar Rp61,2 T)," begitu menurut laporan pendapatan perusahaan, dikutip dari CNN Internasional, Rabu (29/4/2020).
Baca Juga: Sepak Terjang Bill Gates Rintis Microsoft, dari Putus Kuliah Sampai Rugi Karena Pembajakan
Samsung menyebut, pandemi telah melahirkan ketidakpastian untuk sebagian besar bisnisnya. Karena volatilitasnya, Samsung tak memberikan perkiraan pendapatan dalam setahun penuh.
Yang jelas, bisnis chip memori yang telah menjadi sumber keuntungan besar bagi Samsung berisiko terkena dampak merosotnya bisnis perusahaan. Meski begitu, konglomerat Korea Selatan itu menilai, krisis telah memicu perubahan mendasar dalam gaya hidup penggunanya.
Perusahaan meemprediksi adaya ketergantungan pengguna terhadap layanan digital karena jutaan orang terbiasa berdiam diri di rumah. "Di masa depan, bekerja secara daring adalah hal normal, itu semua terjadi akibat kebiasaan yang terbentuk dari wabah COVID-19," kata Wakil Presiden Eksekutif Samsung, Ben Suh.
Bukan cuma bekerja dari rumah, kebaiasaan bermain gim daring, belanja daring, dan menonton film di rumah juga akan melekat dalam perilaku konsumen pasca-COVID-19.