REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tidak ada saham perusahaan yang mendapat manfaat lebih banyak saat pandemi virus corona (Covid-19) dibandingkan Amazon.com. Kapitalisasi pasar pengecer online dan penyedia layanan cloud computing ini telah menggelembung lebih dari 90 miliar dolar AS ke rekor teritinggi sejak pertengahan Februari, menambah 5 miliar dolar AS pada kekayaan pendiri dan Direktur Eksekutif Jeff Bezos.
Optimisme mengenai rencana pembukaan aktivitas ekonomi secara bertahap di Amerika Serikat telah memicu reli di Wall Street dalam beberapa pekan terakhir. Namun, S&P 500 tetap turun 13 persen sejak 19 Februari, tepat sebelum ketakutan yang disebabkan pandemi mencengkeram Wall Street. Terjunnya Wall Street ke pasar bearish mengakhiri tren bullish yang sebelumnya bertahan selama 11 tahun.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (30/4), saham Amazon telah naik 9 persen dibandingkan pertengahan Februari, termasuk di antaranya loncatan 2 persen pada Rabu (29/4). Penyebabnya, peningkatan belanja daring karena jutaan orang tinggal di rumah dan menghindari toko ritel tradisional.
Analis Monness Crespi, Brian White, mengatakan, Amazon telah terbukti tidak tergantikan selama masa krisis saat ini. Perusahaan mampu memberikan kebutuhan sehari-hari kepada orang di seluruh dunia.
"Ini sebuah fakta yang kami percaya akan meningkatkan jumlah pelanggan pada platform, memperluas daftar produk yang dibeli oleh pelanggan yang ada, mempercepat peralihan ke niaga-el pada umumnya, dan meningkatkan branding perusahaan," ujar White dalam catatan kepada klien, Selasa (28/4).
White adalah satu dari 49 analis yang merekomendasikan untuk membeli saham Amazon, menurut Refinitiv. Hanya dua analis yang memberikan peringkat 'tahan' dan tidak ada yang merekomendasikan untuk menjual saham.
Pada pembukaan pasar, Kamis, Amazon sempat memberikan gambaran sekilas kepada investor mengenai bagaimana krisis global telah memengaruhi bisnis ritel dalam kuartal terakhir. Selain itu, perusahaan berbasis Seattle, Washington, tersebut juga menyebutkan komputasi Amazon Web Services mendatangkan keuntungan sangat besar.
Selama pandemi, Amazon berupaya meningkatkan kapasitas di gudang dan mempertahankan rantai pasokan sambil meminimalkan risiko kesehatan bagi karyawan. Pasalnya, beberapa produk utama seperti pembersih tangan, bahan makanan, kursi kantor, dan peralatan olahraga di rumah, terjual cepat seiring dengan jutaan orang di seluruh dunia yang stay-at-home. Dengan peningkatan kebutuhan pada niaga elektronik (e-commmerce), para analis memperkirakan pendapatan kuartal Amazon mampu tumbuh 1 miliar dolar AS sejak akhir Januari.
Berbeda dengan Amazon dan ritel daring lainnya, department store maupun ritel offline harus berjuang menghadapi tekanan di tengah pandemi. Ekonomi AS yang kontraksi pada kuartal pertama pada laju tertajam sejak krisis keuangan menyebabkan toko-toko yang sudah berjuang akan sulit selamat dari krisis kesehatan.
Neiman Marcus, misalnya, kini sedang bersiap mencari perlindungan kebangkrutan, menurut Reuters. Pekan lalu, Gap Inc juga sudah memperingatkan tidak akan bertahan dalam 12 bulan mendatang.
Secara keseluruhan, sekitar 50 saham S&P 500 naik sejak 19 Februari. Beberapa di antaranya terdampak langsung karena pandemi dan perubahan perilaku konsumen.
Sejumlah dari mereka telah naik bahkan lebih tinggi dibandingkan Amazon. Sebut saja Gilead Scince yang melonjak 25 persen sejak 19 Februari, menambah 21 miliar dolar AS ke kapitalisasi pasarnya. General Mills dan Conagra Brands masing-masing naik 15 persen karena pembelian makanan dan kebutuhan pokok konsumen lainnya.