REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tarumanegara banyak diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Indonesia. Tarumanegara pun menjadi universitas cukup besar di Jakarta. Lalu apa dan siapa sebenarnya Tarumanegara?
Dalam buku Riwayat Indonesia, Prof Dr Poerbatjaraka, menulis, kira-kira permulaan tahun Masehi, bangsa Hindu mulai ada yang datang ke Indonesia. Mereka datang dari pantai tanah Hindu sebelah tenggara.
Tentang keadaan mereka di Indonesia, kata Poerbatjaraka, tidak jelas diketahui tanda-tandanya. Hampir bersamaan dengan kerajaan hindu di Kutai Borneo Timur (Kalimantan Timur), kira-kira pada tahun 400 Masehi, di tanah Pasundan tepatnya di dekat Bogor, berdiri juga kerajaan Hindu.
Kerajaan ini bernama Tarumanegara. Raja yang disebut-sebut sebagai penguasa kerajaan ini bernama raja Purnawarman.
Jika melihat namanya, kata Poerbatjaraka, kita mungkin menebak bahwa raja yang datang ke tanah Pasundan itu adalah seorang yang berasal dari Hindustan, lalu menjadi Radja.
Namun, tulis Poerbatjaraka, informasi ini belum bisa disimpulkan dengan jelas. Alasannya, boleh jadi Purnawarman adalah seorang peranakan Hindu atau seorang raja anak negeri yang memakai nama Hindu. Tapi, lanjut Poerbatjaraka, dapat disimpulkan, Raja Purnawarman adalah orang yang telah menerima pengaruh peradaban Hindu.
Hal ini lebih terangnya dibuktikan lewat segenap batu tulis yang ditinggalkannya. Satu dari batu tulis itu terdapat di dalam sungai Ciaruteun, dekat kota Bogor, ditulis dalam bahasa Sansakerta. Sementara dari tulisan, yang terdapat di Prasasti Cilincing, di Desa Tugu dekat Tanjung Priuk, dapat disimpulkan bahwa Raja Purnawarman telah menjadi raja selama sekurangnya 20 tahun.
Baca Juga: 7 Prasasti Jadi Bukti Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Ini berarti, ia bukan orang Hindu yang datang hanya buat sementara waktu saja. Ia mempunyai rumah tangga kerajaan yang berada di tempat tersebut, juga rekan-rekan kerajaan lainnya.
Dari prasasti itu juga dapat diketahui, bahwa rakyat Pasundan (Jawa Barat) pada masa itu digolongkan atas dua; Kaum anak negeri dan kaum Hindu. Kedua pihak, menurut prasasti, sudah dapat bekerjasama, meski kaum Hindu berada di tingkatan yang lebih atas.
Terbukti mereka membangun sungai bersama-sama. Hal lain yang dapat ditarik dari prasasti Cilincing adalah bahwa di tanah Pasundan, pada masa itu, sudah ada kehidupan yang teratur; penduduknya memiliki tempat tinggal dan dan bercocok tanam.
Keberadaan Kerajaan Tarumanegara juga disinggung dalam beberapa berita Cina, yang menyebut tentang singgahnya pendeta Budha dalam perjalanan pulang dari India tahun 414 M.
Keberadaan Kerajaan Tarumanegara juga disinggung dalam beberapa berita Cina, yang menyebut tentang singgahnya pendeta Budha dalam perjalanan pulang dari India tahun 414 M.
Selain itu juga tercantum tentang adanya surat-menyurat dan tukar-menukar utusan antara Cina dengan To-lo-moI alias Taruma dari tahun 435 sampai 669.