REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan sejarawan sepakat, penyebaran Islam di Nusantara terjadi secara massal dan pesat pada abad ke-13 M. Hal itu ditandai berdirinya banyak kerajaan Islam di berbagai daerah, termasuk pesisir Sumatra dan Jawa. Mula-mula, pihak istana memeluk agama tersebut sehingga berbondong-bondong rakyat setempat mengikutinya. Selain itu, golongan pedagang juga memegang peranan penting dalam dakwah.
Berikut adalah hipotesis tempat, waktu, dan subjek asal kedatangan Islam di Nusantara, seperti disarikan Azyumardi Azra (1994).
Gujarat dan Malabar
Pesisir barat Anak Benua India diduga menjadi tempat asalnya persebaran Islam ke Nusantara. Teori ini menduga, pada abad ke-12 Islam dibawa dari Gujarat dan Malabar, alih-alih Persia atau Arab, ke Tanah Air. Sejumlah orientalis Belanda mendukung hipotesis demikian.
Misalnya, Snouck Hurgronje dan Moquitte. Adapaun Pijnappel menganggap, pembawa Islam dari kawasan tersebut merupakan orang-orang Arab bermazhab Syafii yang sebelumnya bermigrasi ke India. Morrison menyebut, Islam masuk ke Indonesia dibawa para pedagang dari pantai India timur (Coromandel).
Bengal
Teori kedua menyatakan, Islam datang dari Bengal, yakni suatu kawasan pesisir teluk yang mempertemukan antara Anak Benua India dan Semenanjung Indochina. Pendukung hipotesis ini antara lain SQ Fathimi. Ia menilai, kebanyakan orang penting di Samudra Pasai (Aceh) adalah keturunan Bengali. Di Semenanjung Malaya, Islam diduga muncul pada abad ke-11 melalui Kanton dan Phan Rang (Vietnam).
Jazirah Arab
Di antara pendukung argumentasi ini adalah Buya Hamka dan Syed Hussein Naquib al-Attas. Mereka meyakini, Islam datang ke Indonesia langsung dari tanah kemunculannya—Jazirah Arab atau tepatnya Hadramaut (Arab Selatan). Mulanya, penggagas hipotesis ini adalah Crawfurd, orientalis Inggris, pada 1820. Dakwah Rasulullah Muhammad SAW bahkan sudah tiba di Nusantara sejak abad ketujuh dan kedelapan alias abad pertama hijriah. Lebih jauh, Hamka memandang, teori Gujarat hanya manipulasi orientalis semacam Snouck Hurgronje untuk melemahkan pengaruh Arab terhadap Aceh.