REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan mutasi besar-besaran yang dilakukan Polri saat ini adalah hal biasa untuk penyegaran organisasi di kepolisian. Namun, ia melihat dalam mutasi tersebut ada tiga gerbong besar yang bergerak secara cepat.
"Saya melihat ada tiga gerbong besar di mutasi tersebut yaitu naiknya orangnya Jokowi menjadi Kapolda Jawa Tengah (Jateng), naiknya orang Idham Azis yang di antaranya menjadi Kapolda Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kapolda Jawa Timur (Jatim) serta naiknya orangnya Budi Gunawan menjadi jenderal bintang tiga," katanya kepada Republika.co.id, Jumat (1/5).
Kemudian, ia melanjutkan naiknya orangnya Jokowi menjadi Kapolda Jateng yaitu Brigjen Pol Ahmad Luthfi cukup fenomenal bagi dinamika Polri. Sebab, ia bukanlah alumni akademi kepolisian. Menurutnya, karir Ahmad melesat setelah menjadi panitia pengamanan pernikahan putri Jokowi di Solo.
"Sepertinya yang bersangkutan sedang dipersiapkan Jokowi untuk menjadi calon Kapolri ke depan. Bisa jadi akan dipersiapkan menggantikan Idham Azis," kata dia.
Ia menambahkan naiknya jabatan Wakapolda Jateng menjadi Kapolda ini menandai untuk pertama kalinya figur non-Akpol tampil menjadi Kapolda Jateng. Sedangkan naiknya mantan ajudan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel menjadi jenderal bintang tiga dan menjabat posisi strategis, yaitu Kabaintelkam membuat ia mencari tahu alasan naiknya jabatan tersebut.
"Saya belum mendapat informasi, kenapa mantan ajudan Presiden SBY bisa tampil menjadi Kabaintelkam Polri di era Presiden Jokowi? biasanya posisi Kabaintelkam selama ini dipegang oleh figur yang dekat dengan kekuasaan karena menyangkut kemampuan analisa keamanan dan cipta kondisi bagi situasi Kamtibmas dan kelanggengan kekuasaan," kata Neta.
Lalu, ia menjelaskan digesernya Kapolda Jatim ke posisi Wakalemdikpol. Padahal di masa pilpres 2019, Jatim aman dan kondusif serta memberikan suara kemenangan yang signifikan bagi kemenangan Jokowi dalam perolehan suara.
Namun, pertanyaannya kenapa Kapolda Jatim tergeser ke Wakalemdikpol, sementara ada Kapolda yang tidak berdarah-darah di pilpres 2019 dinaikkan jadi bintang tiga? Hal ini ironis, jika melihat Pangdam Brawijaya belum lama ini naik posisi menjadi jenderal bintang tiga.
"Mutasi kali ini juga membawa sejumlah teman teman satu angkatan Akpol dengan Idam Azis bergeser ke tempat strategis. Begitu juga beberapa alumni Densus 88 bergeser ke tempat strategis. Di sisi lain ada beberapa orangnya Tito Karnavian tergeser dan ada yang masih bertahan di posisi strategis," kata dia.
Neta berharap mutasi ini bisa menjadikan Polri promoter karena tantangan polri ke depan cukup berat. Dampak pandemi Covid 19 telah membuat banyak pihak terpuruk seperti ancaman PHK, berbagai industri makin terkapar dan kesulitan ekonomi makin parah jika pandemi tersebut tidak terselesaikan.
Artinya ke depan polri tidak sekadar menghadapi tingkah pola para kriminal tapi ancaman konflik sosial sebagai dampak pandemi Covid-19 patut dicermati.