Jumat 01 May 2020 19:11 WIB

Penjelasan Rektor tentang Pengosongan Gelanggang UGM

Rencananya, gelanggang akan dibangun, bukan hanya renovasi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Rektor Universitas Gadjah Muda (UGM) Panut Mulyono
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Rektor Universitas Gadjah Muda (UGM) Panut Mulyono

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Perintah pengosongan Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) kepada UKM-UKM menuai protes mahasiswa. Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Panut Mulyono, memberikan penjelasan terkait perintah pengosongan tersebut.

"Itu malah dibangun baru, bukan hanya renovasi, jadi nanti gelanggang itu akan dibangun baru, bahkan pembangunannya sampai ke utara sampai PKKH (Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri-Red) itu, Menwa termasuk nanti dipindahkan tempatnya," kata Panut kepada Republika, Jumat (1/5).

Rencananya, gelanggang akan dibangun secara lebih komprehensif, jadi seperti super kreatif, tidak cuma untuk kegiatan parsial. Artinya, seluruh kegiatan kemahasiswaan agar dapat dilakukan, kecuali olah raga yang memang di GOR.

Selain itu, akan dihadirkan ruang-ruang seperti pusat kebugaran. Karenanya, ia menegaskan, kegiatan kemahasiswaan memang tidak akan hilang, tapi malah difasilitasi karena ada ruang-ruang berkegiatan yang tidak cuma untuk UKM.

"Nanti bagaimana di situ ada pertemuan-pertemuan antara mahasiswa dengan pelatihan-pelatihan, job fair, dan kita koneksikan, misalnya ke lembaga-lembaga training nasional dan internasional, semacam itu," ujar Panut.

Ia mengungkapkan, belakangan yang menjadi diskusi dengan mahasiswa terkait masih akan adakah ruang-ruang untuk masing-masing UKM seperti yang sekarang. Panut menekankan, konsep ruang-ruang yang dibangun nanti akan cukup modern.

Tapi, lanjut Panut, di bagian bawah atau semi-basement akan difasilitasi ruang-ruang yang bisa dimanfaatkan untuk tempat simpan barang-barang UKM. Kemudian, dari rencana dua lantai, bagian atas akan dihadirkan green roof.

"Jadi, seperti lapangan luas dan ada tanaman-tanaman dan ruang-ruang untuk berkegiatan, seperti roof top berkonsep hijau, makanya tidak bisa tinggi-tinggi," kata Panut.

Terkait protes mahasiswa soal waktu perintah pengosongan, Panut menekankan, pembangunan dikomunikasikan dengan Kementerian PUPR. Karenanya, Kementerian PUPR sendiri yang akan menjadi pelaksana, bukan UGM.

Masalahnya, kata Panut, Kementerian PUPR memang belum memberikan waktu pasti pembangunan dimulai. Tapi, diarahkan agar proses penghapusan dapat dimulai mengingat harus ada izin dan lelang yang butuh waktu sekitar empat bulan.

"Sebetulnya, yang memberi kode mulai sekarang supaya diproses penghapusannya itu dari Kementerian PUPR, saya sendiri waktu itu belum tahu apakah akhir tahun ini dibangun atau awal tahun depan," ujar Panut.

Sebab, sebenarnya jika sudah ditentukan kapan pembangunan akan dimulai bisa lebih mudah dihitung mundur sekitar empat bulan untuk pengosongan. Maka itu, proses pengosongan mulai dilakukan untuk meyakinkan kesiapan Gelanggang UGM.

Namun, ia menilai, persoalan kemarin itu mahasiwa sudah banyak yang pulang. Sehingga, banyak yang kebingungan lantaran barang-barang mereka masih di sana, dan jika dipindahkan tanpa diketahui akan sulit dicari kembali.

Panut menekankan, Direktorat Kemahasiswaan akan membantu dan memfasilitasi tempat penyimpanan barang-barang tersebut. Panut mengaku tidak keberatan pula jika ada yang masih protes atau meminta diskusi terkait itu semua.

Beberapa waktu lalu, lanjut Panut, Rektorat telah pula mengundang mahasiswa dan dosen-dosen pembimbing UKM untuk rapat dengan Direktur Perencanaan, Budi Prayitno. Tapi, ia mengaku tidak keberatan jika diminta berdiskusi kembali.

"Dalam sebuah protes ada ketidakpahaman, ada ketidaktahuan dan yang mungkin belum diterima biasa, sebagai masyarakat akademik selalu bisa mencari titik temu perbedaan yang ada, nanti difasilitasi Insya Allah ada titik temu," kata Panut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement