REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,6 terjadi di Kabupaten Pangandaran pada Jumat (1/5) sekira pukul 17.43 WIB. Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa itu tak berpotensi menimbukan tsunami.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran, Nan Ruhena mengatakan, gempa sempat dirasakan oleh warga. Namun, guncangan hanya dirasakan ringan.
"Hanya getaran kecil saja tadi. Hampir tidak terasa," kata dia saat dikonfirmasi Republika. Menurut dia, hingga saat ini tak ada laporan dampak kerusakan akibat gempa tersebut.
Sementara itu, Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang, Hendro Nugroho menjelaskan, titik episenter gempa terletak pada koordinat 8,26 lintang selatan dan 108,2 bujur timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 70 kmlilometer arah barat daya Kabupaten Pangandaran. Gempa bumi itu berada pada kedalaman 38 kilometer.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal. Gempa terjadi akibat aktivitas zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menyelusup menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.
"Dampak gempa bumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (shake map) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempabumi ini dirasakan di wilayah Garut dengan Skala Intensitas III MMI, di Pangadaran dengan Skala Intensitas II - III MMI," kata dia.
Kendati demikian, belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut. Sementara itu, hasil pemantauan BMKG menunjukkan belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan aftershock.
"Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," kata dia.