REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana
Allah menurunkan kewajiban puasa kepada orang-orang beriman agar mereka menjadi orang-orang yang bertakwa (QS al-Baqarah: 183).
Namun, banyak orang yang setelah Ramadhan berlalu, mereka tidak pernah meraih derajat takwa tersebut.Tarbiyah Ramadhan selama satu bulan tidak memberikan manfaat apa pun pada dirinya. Bahkan, seperti kata Rasulullah SAW, “Berapa banyak orang yang puasa, bagian (yang dipetik) dari puasanya hanyalah lapar dan haus (semata).” (HR Ibnu Majah)
Mengapa hal itu sampai terjadi? Karena mereka hanya meramadhankan fisiknya, khususnya perutnya dan kelaminnya, tapi tidak meramadhankan hatinya.
Artinya, mereka berpuasa secara fisik, yakni tidak makan dan minum sejak terbit fajar sampai terbenam matahari, juga tidak melakukan hubungan suami-istri di siang hari (bagi pasangan yang menikah). Tapi, pada saat yang sama, mereka masih membiarkan berbagai penyakit batin bersarang di hatinya. Misalnya, senang berdusta, ghibah (senang membicarakan kejelekan orang lain), namimah (senang mengadu domba), pemarah dan suka mencaci-maki orang lain, iri hati, dengki, sombong, ria, lemah, malas, pengecut.
Bahkan, lapar dan haus yang dia rasakan sepanjang siang hari tidak mengetuk hatinya dan menghilangkan sifat bakhil dalam dirinya. Dia juga tidak menjaga telinga, mata, dan lidahnya dari mendengarkan, melihat, dan membicarakan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan dapat membatalkan pahala puasanya.
Rasulullah mengingatkan dengan keras, “Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan yang haram dan mengamalkannya, ataupun bertindak bodoh, maka Allah tidak butuh dengan upaya dia dalam meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Bukhari).
Padahal, Ramadhan itu berasal dari kata ramadha yang artinya membakar. Apa yang dibakar? Sifat-sifat buruk kita. Penyakit-penyakit yang bersemayam di hati kita.
Ramadhan adalah bulan tarbiyah, bulan pendidikan. Kalau kita kaitkan dengan tujuan Allah menetapkan syariat puasa Ramadhan agar kita menjadi orang yang bertakwa, sudah seharusnya kita membakar segala sifat buruk atau penyakit hati kita dan menggantinya dengan sifat-sifat yang baik, yang merupakan fitrah kita sebagai manusia.
Rasulullah mengajari kita agar berlindung kepada Allah dari sifat-sifat buruk. Bahkan, beliau mengajarkan kita agar berlindung kepada Allah dari sifat kikir. Pada bulan superberkah ini, selayaknya setiap Mukmin berlomba-lomba menjadi orang yang suka menolong orang lain. Semoga kita semua Allah mampukan untuk meramadhankan hati kita. Amin.