Sabtu 02 May 2020 22:51 WIB

Dua Kunci Menangkan Perang Lawan Covid-19 Versi Nadiem

Nadiem meminta masyarakat mempercayai ilmuwan terkait Covid-19.

Rep: Febryan A/ Red: Ani Nursalikah
Dua Kunci Menangkan Perang Lawan Covid-19 Versi Nadiem. Mendikbud Nadiem Makarim melakukan upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di kediaman dengan menggunakan video conference. Sabtu (2/5).
Foto: Kemdikbud
Dua Kunci Menangkan Perang Lawan Covid-19 Versi Nadiem. Mendikbud Nadiem Makarim melakukan upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di kediaman dengan menggunakan video conference. Sabtu (2/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengakui umat manusia kini tengah berperang melawan musuh tak terlihat bernama Covid-19. Untuk memenangkannya, menurut dia terdapat dua hal yang harus dilakukan.

Pertama, gunakan akal sehat. Ia mengatakan, semua orang, termasuk para pemimpin politik, harus menggunakan akal sehat dalam melawan pandemi ini. Caranya, dengan mempercayai para ilmuwan. Bukannya malah mempercayai teori-teori konspirasi.

Baca Juga

Ia menjelaskan, para ilmuwan sudah sejak beberapa tahun lalu memprediksi akan terjadi pandemi. Namun semua pihak, di seluruh dunia, cenderung abai sehingga tak melakukan persiapan. 

"Kita melalui suatu krisis yang sudah diprediksi, tapi kita tidak mendengarkan, sebagai dunia, kita tidak mendengarkan ilmuwan," kata Nadiem dalam acara peringatan Hari Pendidikan Nasional 2020 yang disiarkan secara daring, Sabtu (2/5).

Kini, para ilmuan terus berjibaku mencari untuk mengatasi pandemi ini. Untuk itu, Nadiem meminta semua orang untuk mulai lebih percaya pada para ilmuwan.

Kedua, perkuat solidaritas. Menurut dia, umat manusia kita tengah berperang melawan suatu virus yang tak mengenal batas negara dan perbedaan ras. Semuanya ikut terdampak.

"Jadi solidaritas kita sebagai spesies, sebagai satu kemanusian global, itu luar biasa pentingnya," katanya dalam sesi diskusi dengan jurnalis Najwa Shihab itu.

Ia menekankan, tanpa solidaritas umat manusia, penanganan pandemi ini akan gagal total. Sikap individualistis hanya akan memperparah penyebaran virus ini. Ia mencontohkan, jika ada saja satu negara yang tidak serius mengatasi pandemi ini, maka virus akan bisa kembali menyebar ke negara-negara lain yang sudah bisa mengatasinya.

"Ini suatu defining moment (momen menentukan) agar kita tidak melihat diri kita sebagai ras-ras bangsa-bangsa tertentu, tapi sebagai manusia," ucapnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement