Ahad 03 May 2020 09:46 WIB

Sultan Abdul Hamid Ingin Suara Anak-Anak Terdengar di Masjid

Azis Taha mengadu ke Sultan karena saat shalat bersuara dan ditegur seorang paman.

Sultan Abdul Hamid II dalam film Payitaht.
Foto: @payitaht
Sultan Abdul Hamid II dalam film Payitaht.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra

Salah satu rutinitas penguasa Kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman Empire, Sultan Abdul Hamid II menyambut bulan suci Ramadhan adalah mengadakan pengajian khusus di salah satu ruang kerjanya di Istana Yildiz, Konstantinopel atau Istanbul. Pengajian yang dihadiri Tahsin Pasha, Sehzade (Pangerang) Mehmet Salim dan Abdul Kadir, pegawai Istana tersebut juga mengundang anak-anak. Sultan Abdul Hamid (berkuasa pada 31 Agustus 1876–27 April 1909) meminta Ismail Hakki Bey, seorang pasha (menteri) yang membidangi pendidikan untuk memulai pengajian menyambut datangnya bulan suci umat Islam itu.

Momen tersebut menjadi salah satu bagian serial Payitaht: Abdülhamid sesi tiga episode 33 atau 87 secara keseluruhan. Film ini diangkat berdasarkan hasil catatan pribadi Sultan Abdul Hamid ketika memimpin Kekhalifahan Utsmaniyah yang ditayangkan televisi nasional Turki, TRT 1. Untuk memperkuat jalannya cerita sejarah, keturunan langsung Sultan Abdul Hamid, yaitu Orhan Osmanuglu dilibatkan dalam pembuatan film.

Setelah menyelesaikan tentang kisah di balik hikmah itsar, Ismail Hakki Bey pun melanjutkan sesi berinteraksi dengan anak-anak.

Sultan Abdul Hamid membuka sesi dialog tersebut. "Baiklah, hari ini murid-murid dan anak-anak kita hadir di sini. Siapa namamu, nak?"

Anak seusia sekitar enam sampai tujuh tahun itu pun berdiri dan menjawab, "Azis Taha".

Ulu Hakam, panggilan lain Sultan bertanya, "Pelajaran yang paling kau sukai (di sekolah)"?

"Aljabar, Sultanku," kata Azis.

"Masya Allah," jawab Sultan.

Ulu Hakan melanjutkan, "Bulan Ramadhan telah tiba, Azis Taha. Apakah ada hal yang ingin kau sampaikan?"

"Iya, Sultanku," ujar Azis.

"Silakan," kata Sultan.

Azis pun semacam curhat ke Sultan dan Ismail tentang ada orang tua yang kerap menegur anak-anak yang hadir di masjid untuk menunaikan shalat, hingga ia menjadi tidak nyaman. Hal itu lantaran Azis dan beberapa rekannya kadang tertawa di dalam masjid.

"Ada seorang imam di masjid. Dia sangat baik, tetapi terkadang ada paman-paman tua marah kepada kami," ucap Azis.

Sultan merespon, "Kalian mendengar (pengakuan) Aziz Taha Efendi?"

"Mengapa mereka marah kepada Aziz Taha Efendi," kata Ismail penasaran.

"Saya penasaran apakah malaikat menggelitiki kami saat kita shalat? Aku tertawa bersama teman-temanku," ucap Aziz yang menyinggung mengapa ia dimarahi jamaah shalat lain dari kalangan orang dewasa.

Mendapat jawaban seperti itu, Sultan dan Ismail seketika tersenyum. Pun dengan Tahsin Pasha, serta Mehmet Salim dan Abdul Kadir ikut menyinggingkan senyum.

"Para Efendi," kata Sultan. "Layaknya langit tidak bosan terhadap suara burung. Hutan tidak bosan terhadap bunyi air. Dan masjid tidak bosan terhadap tawa anak-anak. Semoga suara anak-anak selalu ada di dalam masjid, insya Allah," ucap Sultan berpesan agar suara anak-anak tetap terdengar di masjid. Tujunnya agar mereka sedari dini senang menunaikan shalat di masjid.

Serempak peserta pengajian menjawab, "Insya Allah."

Sultan pun berpesan agar dialog tersebut diceritakan kepada anak-anak yang lain agar mereka tetap senang ke masjid. "Azis Taha harus menceritakan semua yang ia dengar di sini kepada teman-temannya," tutur Sultan mengakhiri dialog.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement