Ahad 03 May 2020 11:06 WIB

Komisi PK MUI Pusat Buka Pesantren Ramadhan

Bertepatan Dengan Hardiknas, Komisi PK MUI Pusat buka pesantren Ramadhan.

Bertepatan Dengan Hardiknas, Komisi PK MUI Pusat buka pesantren Ramadhan.
Foto: Dok Istimewa
Bertepatan Dengan Hardiknas, Komisi PK MUI Pusat buka pesantren Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Untuk kali pertama Komisi Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia (KPK-MUI) Pusat mengadakan Pesantren Kilat Ramadhan 1441 H menggunakan aplikasi video Conference. 

Dalam sambutannya, Ketua Prof. Dr. Armai Arief. MA. bersyukur kepada Allah dan kepada semua pihak yang mendukung kegiatan tersebut. 

"Ada dua hal yang istimewa hari ini tepatnya tanggal 2 Mei 2020. Pertama, adanya peringatan hari pendidikan nasional yang disingkat hardiknas. Yang kedua adalah hari ini kita masih diuji oleh Allah dengan berjangkitnya virs covid 19 secara nasional bahkan mendunia," ucapnya.

Kenapa disebut hardiknas? karena bangkitnya pendidikan secara nasional. Nah sekarang kita juga bangkit secara nasional. Hari ini kita melaksanakan pendidikan pesantren kilat secara nasional dengan jumlah peserta yng sangat banyak kurang lebih berjumlah 500 orang. 

Mana ada tahun-tahun sebelumnya jumlah peserta pelatihan pesantren kilat yang berjumlah seperti ini dan menggunakan pembelajaran online. Mudah-mudahan acara yang kita laksanakan ini menjadi model baru untuk kegiatan selanjutnya secara nasional.

Pesantren virtual ini bertemakan “Madrasah di rumah untuk Kemaslahatan Umat dan Bangsa dengan Menggunakan Sistem Online”. 

Wakil Ketua Umum MUI Pusat KH. Muhyidin Junaidi, MA membuka secara resmi kegiatan tersebut. “Pada masa pandemi ini semua orangtua menjadi the real teacher. Guru yang sebenarnya, dan mengingatkan kita semua, mampukah kita menjadi the real teacher? Kita mungkin bisa menjadi guru, dosen, pengajar buat orang lain, tapi belum tentu untuk anak kita sendiri,” kata Kiai Muhyiddin dalam sambutannya.

Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 2-7 Mei dengan 13 materi dan narasumber. Pesantren virtual gelombang pertama ini diikuti kurang lebih 500 orang terdiri dari para pengurus MUI dan karyawan baik yang di pusat maupun di Provinsi dan Kabupaten/Kota, kemudian pendidik dan tenaga kependidikan seluruh provinsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement