REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan, Sumatra Utara (Sumut), mengakui, masa pandemi Covid-19 dan saat harga emas naik serta mendekati Idul Fitri sebagian besar nasabah melakukan aksi menebus gadaian emas mereka.
"Semakin mendekati Lebaran, banyak nasabah yang menebus dengan tujuan untuk dipakai Lebaran dan dijual kembali memanfaatkan momentum harga emas yang mahal," ujar Pemimpin Wilayah PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan, Edwin Soeharto Inkiriwang di Medan, Ahad (3/5).
Harga emas logam mulia mencapai Rp 900 ribuan per gram. Mengutip pernyataan pengusaha toko emas di Medan, Edwin menyebut, toko emas kewalahan menerima penjualan emas masyarakat karena keuangan atau modal yang terbatas. Akhirnya beberapa toko emas juga melakukan aksi tutup sementara, karena lebih banyak yang menjual dari membeli.
Bahkan, menurut Edwin, pengusaha toko emas terpaksa menggadaikan emas hasil pembeliannya ke Pegadaian untuk bisa menambah modal. "Tentunya margin keuntungan toko emas semakin kecil," katanya.
Edwin menyayangkan, aksi jual emas yang dilakukan nasabah jika bukan untuk keperluan penting, karena harga emas bakal naik atau bahkan bisa menembus Rp 2 juta per gram. "Secara keseluruhan pandemi Covid-19 berdampak negatif bagi bisnis Pegadaian yang nasabahnya sebagian besar merupakan warga dengan ekonomi menengah ke bawah," katanya.
Dia memberi contoh sudah ada 727 orang nasabah Pegadaian yang mengajukan restrukturisasi kredit dengan alasan perekonomian terganggu akibat pandemi Covid-19. "Pandemi Covid-19 membuat perekonomian atau keuangan nasabah terganggu, jadi Pegadaian memang menawarkan restrukturisasi kredit di pandemi Covid-19," ujar Edwin.
Restrukturisasi yang diberikan Pegadaian ada produk berbasis fidusia seperti Kreasi (produk konvensional), Arrum (produk syariah), dan Amanah (Pembiayaan Kendaraan Bermotor).