Senin 04 May 2020 13:55 WIB

PSBB Provinsi Diterapkan Karena Tren Covid-19 Naik

Kota dan kabupaten yang tidak menerapkan PSBB justru trennya naik.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Stasiun Bandung, saat Ramadhan biasanya selalu padat oleh calon penumpang lokal maupun jarak jauh, Ramadhan kali ini sepi menyusul pembatalan banyak rute, hanya terlihat aktivitas para petugas memeriksa dan memperbaiki sejumlah fasilitas jalur rel, Kamis (30/4). Kondisi ini dilakukan sebagai dukungan kebijakan pemerintah membatasi pergerakan manusia dalam rangka Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus penyebaran Covid-19
Foto: Edi Yusuf/Republika
Stasiun Bandung, saat Ramadhan biasanya selalu padat oleh calon penumpang lokal maupun jarak jauh, Ramadhan kali ini sepi menyusul pembatalan banyak rute, hanya terlihat aktivitas para petugas memeriksa dan memperbaiki sejumlah fasilitas jalur rel, Kamis (30/4). Kondisi ini dilakukan sebagai dukungan kebijakan pemerintah membatasi pergerakan manusia dalam rangka Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus penyebaran Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menilai, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di lima wilayah Bogor-Depok-Bekasi (Bodebek) yang dimulai pada 15 April 2020 lalu, berhasil menurunkan angka reproduksi (Ro) kasus Covid-19. 

Sebelum PSBB, Bodebek memiliki angka Ro tertinggi dibanding wilayah lain di Jabar yakni 1,27. Setelah 14 hari PSBB pertama hingga 28 April lalu, angka Ro menurun menjadi 1,07.

"Berita baiknya, Jabar PSBB nya relatif berhasil, Bodebek khususnya yang tadinya tertinggi dalam kecepatan penularan sekarang sudah turun," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil dalam acara penerimaan bantuan dari donatur untuk penanganan Covid-19 di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Senin (4/5).

Menurut Emil, Kota dan kabupaten yang tidak PSBB justru trennya  naik. "Itulah kenapa kita memberlakukan PSBB secara provinsi supaya tren menggembirakan dari yang PSBB hadir juga di daerah yang belum PSBB," katanya.

Emil mengatakan, tiga kunci untuk menekan persebaran Covid-19 di Jabar, yakni  PSBB ketat, larangan mudik, dan tes masif.  PSBB, mampu mengurangi pergerakan manusia. Sementara larangan mudik dapat menekan kasus impor dari zona merah yang merupakan episentrum Covid-19. Sedangkan tes masif bertujuan untuk memetakan persebaran Covid-19. 

"Keberhasilan melawan Covid-19 dalam situasi sekarang ada 3 strategi, yaitu PSBB yang ketat, melarang mudik agar tidak ada kasus impor, lalu tes masif. Di situlah kita bisa menurunkan persebaran Covid-19," papar Emil 

Dalam acara tersebut, Kang Emil juga mengapresiasi para donatur yang kembali menyalurkan bantuan dalam upaya percepatan penanggulangan Covid-19 di Jabar. 

"Karena perangnya kesehatan maka pertempuran di lini depannya adalah dokter dan perawat. Untuk itu, saya apresiasi kepada pihak yang menyumbangkan alat-alat kesehatan maupun sembako dan donasi," katanya.

Bantuan diterima langsung Jabar Bergerak. Rinciannya, 20.000 surgical mask dan 1.000 KN95 dari Yayasan Solusi Bersinar Indonesia dan Bank Sampah Bersinar, 62 baju Alat Pelindung Diri (APD) dan 160 paket sembako dari Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI), APD dari UNIKOM, 10.000 paket sembako dan 30.000 pack nasi bungkus dari Gereja Sahabat Kota, dan 1.000 nasi kota dari Grab. N Arie Lukihardianti

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement