Senin 04 May 2020 17:01 WIB

Curhat Petani: Panen Gabah Kurang Bagus, Sulit Dipasarkan

Harga beli gabah di sejumlah daerah jauh di bawah patokan pemerintah Rp 4.200 per kg.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Buruh mengumpulkan gabah yang baru dipanen di persawahan Blimbingsari, Banyuwangi, Sabtu (2/5/2020). Petani menyayangkan penurunan harga gabah.
Foto: ANTARA/BUDI CANDRA SETYA
Buruh mengumpulkan gabah yang baru dipanen di persawahan Blimbingsari, Banyuwangi, Sabtu (2/5/2020). Petani menyayangkan penurunan harga gabah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serikat Petani Indonesia (SPI) menuturkan situasi produksi gabah tengah dalam situasi yang kurang baik. Hasil kualitas gabah yang dihasilkan dinilai kurang baik lantaran gangguan cuaca, sementara pemasaran gabah terhambat imbas gangguan distribusi saat pandemi Covid-19.

Sekretaris Jenderal SPI, Agus Ruli, mengatakan, tren harga gabah tengah dalam penurunan di tengah puncan panen raya sejak April 2020. Meski begitu, gabah yang dihasilkan petani memiliki kadar air di atas 25 persen karena curah hujan tinggi masih berlangsung.

Baca Juga

"Di sisi lain, petani sulit memasarkan juga karena daya beli masyarakat yang kurang. Laporan di lapangan gabah turun terus," kata Ruli kepada Republika.co.id, Senin (4/5).

Ia menjelaskan, beberapa wilayah sentra sudah mengalami penurunan meski secara umum masih di atas Rp 4.500 per kilogram. Namun, di beberapa titik lokasi, kata dia, terdapat harga gabah yang jauh hingga ke bawah patokan acuan pemerintah Rp 4.200 per kg.

Oleh karena itu, SPI mendorong pemerintah untuk bisa membuat kebijakan konkret untuk membantu kelancaran penyerapan gabah petani. "Petani dan buruhnya juga harus dibantu. Gabah seharusnya bisa diserap pemerintah dengan harga Rp 4.500 - Rp 5.000 per kg sebagai bentuk dukungan pemerintah," katanya.

Ia mengakui, pemerintah memiliki aturan tersendiri dalam melakukan penyerapan gabah melalui BUMN Perum Bulog. Khususnya terkait kualitas kadar air maksimal 25 persen untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani serta butir patah.

Menurut Ruli, hasil gabah petani semestinya bisa dibeli oleh Bulog dan dikeringkan melalui fasilitas pengeringan yang sudah dimiliki saat ini. "Kita tahu panen gabah kurang dan juga jelek karena hujan ekstrem. Namun, kita butuh dukungan pemerintah," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pergerakan harga gabah kering panen (GKP) di petani anjlok hingga 6,82 persen sepanjang April 2020. Penurunan tersebut melanjutkan turunnya harga GKP pada Maret 2020 yang sebesar 4,64 persen.

Kepala BPS Suhariyanto, menyatakan, dari penurunan tersebut, harga GKP di tingkat petani rata-rata dihargai Rp 4.000 per kilogram (kg), turun dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 4.903 per kg.

Penurunan yang sama juga terjadi di tingkat penggilingan. Harga GKP di penggilingan pada April 2020 turun 6,73 persen menjadi Rp 4.692 per kg dari bulan sebelumnya Rp 5.030 per kg. 

"Masih terdapat panen raya padi di beberapa tempat sehingga harga gabah dari petani turun," kata Suhariyanto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement