REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rencana DPD Partai Golkar dan DPW Nasdem Sulawesi Sulatan (Sulsel) berkoalisi dalam Pemilihan Wali Kota Makassar terancam buyar. Hubungan keduanya pun memanas belakangan.
Hal ini lantaran Golkar Sulsel merasa dirugikan dengan pernyataan Sekretaris DPW Nasdem Sulsel Syaharuddin Arlip beberapa waktu lalu di sebuah surat kabar di Makassar.
Dalam pernyataannya, Syaharuddin Arlip meminta agar tak ada spekulasi lain bagi bakal calon wali kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto alias Danny Pomanto jika ingin diusung Nasdem.
Dia meminta agar tidak perlu lagi diarahkan pada kandidat yang disodorkan Golkar, yakni Andi Zunnun Armin NH, Putra Plt Ketua DPD I Sulsel Nurdin Halid.
Menanggapi pernyataan itu, Juru Bicara Golkar Sulsel Muhammad Risman Pasigai melalui pernyataan persnya menyebut berita Nasdem tersebut merupakan kesekian kalinya yang 'menyerang' Golkar Sulsel.
Bahkan, kata dia, sejak pertengahan Maret lalu, Partai Nasdem Sulsel melalui Sekretarisnya Syaharuddin Alrip dengan lantang menyampaikan sikap partainya menolak bakal calon wakil pendamping Danny Pomanto dari partai Golkar, yakni Zunnun.
"Dan (Partai Nasdem Sulsel) menolak berkoalisi dengan Partai Golkar di Makassar maupun di Sulsel," ungkapnya melalui keterangan tertulis, Senin (4/5).
Risman menyatakan DPD Golkar Sulsel maupun Partai Golkar tidak pernah mengajak Partai Nasdem untuk berkoalisi dalam pilkada serentak 2020, termasuk di Kota Makassar. Karena itu, Nasdem Sulsel tidak punya dasar untuk menolak Golkar Sulsel berkoalisi karena Nasdem Sulsel tidak pernah diajak berkoalisi Golkar Sulsel.
"Faktanya adalah, DPP Partai Nasdem di Jakarta yang datang ke kantor DPP Partai Golkar, dimana Partai Nasdem pada momen itu mengajak Partai Golkar untuk berkoalisi pada pilkada serentak 2020," terangnya.
Begitu pula soal nama Andi Zunnun Armin NH. Menurut Risman, Golkar Sulsel atau Golkar Makassar, atau partai manapun, tidak pernah mencatatkan nama Zunnun sebagai figur yang diajukan untuk menjadi bakal calon wakil Danny.
"Karena itu, Nasdem Sulsel tidak mempunyai dasar untuk menolak figur ini yang juga merupakan kader Partai Golkar, penolakan Nasdem Sulsel ini mengalami gagal administrasi," ujarnya.
Risman lantas menjelaskan keadaan objektif Danny Pomanto di Golkar saat ini. Menurutnya, dukungan Golkar terhadap Danny tidak bergeser meski ada ancaman dari Nasdem agar Danny meninggalkan calon yang diusulkan Golkar.
"Partai Golkar Sulsel menyambut Danny Pomanto yang telah ditinggalkan oleh Partai Nasdem dan batal dicalonkan oleh Partai Nasdem," tuturnya.
DPD Partai Golkar, lanjut Risman, saat ini sedang menjalankan komitmen membantu Danny bergabung dengan partai politik lain setelah ditinggalkan oleh Nasdem. "Setelah pandemi Covid-19, Danny Pomanto akan menyatakan sikap resminya tentang hal ini," ungkap Risman.
Risman mengklaim Danny merasa lebih nyaman bersama Golkar. Itu karena dukungan Golkar tidak plin-plan dan tidak mengambang.
Terpisah, Waketum DPP Partai Nasdem, Ahmad HM Ali meminta agar Golkar tak memaksakan diri memasang kadernya untuk berpasangan dengan Danny dalam pilwalkot Makassar.
Dia menjelaskan, partai koalisi di daerah mestinya berembuk untuk menentukan siapa wakil yang cocok bagi Danny. Bukan main menang-menangan dengan memaksakan kandidat tertentu untuk pendamping.
“Nasdem juga tak ingin menang-menangan karena kami tak bisa mencalonkan sendiri. Harus berkoalisi. Golkar juga jangan memaksakan, harus berembuk bersama partai koalisi dalam menetapkan calon,” bebernya.
Sebelumnya, di sosial media (sosmed) juga sempat terjadi perang komentar antara pendukung Golkar dan Nasdem di Sulsel setelah tersebar foto ilustrasi Danny yang berlatar belakang mobil dengan corak kedua partai tersebut. Bahkan ada surat terbuka yang mengatas namakan penggiat sosmed ditujukan pada Rusdi Masse, Ketua DPW Partai Nasdem Sulsel.