REPUBLIKA.CO.ID, Islam adalah agama yang menyeluruh. Mengatur dari hal terkecil hingga urusan kenegaraan, termasuk hubungan antarlawan jenis. Dalam hubungan antarlawan jenis, masyarakat mengenal istilah pacaran.
Namun, menurut pimpinan Majelis Baitul Ikhlasan dan Zikir Maut Ustaz Ahmad Faizal Reza, dalam Islam tidak diajarkan mengenai pacaran.
Hal yang ada, kata ustaz yang akrab disapa Aa Reza ini, Islam memperbolehkan taaaruf atau pendekatan untuk mengenal wanita atau laki-laki yang akan diajak berkomitmen untuk menikah. “Tapi, tetap dengan cara-cara syariat Islam,” katanya, sebagaimana dikutip dari arsip Harian Republika, Senin (5/5).
Aa Reza mengatakan dalam pacaran banyak sekali sesuatu perbuatan yang melanggar syariat Islam. Misalnya, dari duduk berdua di tempat sepi, berpegangan tangan, sampai ciuman. “Kata Rasulullah, kalau kita berduaan yang satunya kan setan. Itu yang akan merugikan sebetulnya,” ujarnya.
Jika belum mampu menikah, Aa Reza menyarankan agar pria dan wanita untuk banyak melakukan puasa demi menjaga hawa nafsu.
Aa Reza prihatin kini banyak anak muda yang tidak malu lagi mengumbar kemesraan di depan umum. “Sebabnya lemah iman,” ungkapnya. Selain itu, orang tua jarang mengingatkan anaknya untuk tidak keluar rumah dengan teman-teman lawan jenis.
“Tidak apa-apa orang tuanya dibilang kolot karena melarang jalan sama cowok misalnya, itu malah bagus. Nanti hasilnya anak itu juga yang mendapatkan kemuliaan dan kebaikan,” katanya.
Menurut Aa Reza, waktu yang tepat bagi pria dan wanita untuk mengenal satu sama lain sejak usianya masuk baligh. Rasulullah menyarankan orang tua tidak boleh menunda-nunda jika anaknya yang sudah baligh minta dinikahkan.
Pimpinan Majelis Taklim Nurrahman Habib Abdurrahman al Habsyi menilai pergaulan muda mudi saat ini sudah menjurus ke arah negatif. Terlebih, beberapa waktu lalu beredar buku yang menganjurkan pacaran hingga perzinaan.
“Fenomena buku ini pernah ditanyakan jamaah saya, saya jawab ini adalah salah satu strategi dan gerakan iblis,” kata Habib Abdurahman al Habsyi.
Habib Abdurrahman mengatakan, seperti yang dituliskan dalam Alquran, setan itu tidak akan pernah berhenti menjerumuskan anak cucu Adam. Setan, kata Habib Abdurahman, kalau tidak berhasil menggoda anak cucu adam, maka melalui agen-agennya berbentuk manusia menebarkan kerusakan kepada anak cucu Adam yang lainnya.
“Seperti buku itu, jika ada orang menyebut hal itu sah-sah saja, berarti dia ikut mendukung kerusakan moral anak bangsa dan ini sangat mengkhawatirkan,” katanya.
Habib Abdurrahman menegaskan, dalam Islam tidak dikenal istilah pacaran, tetapi ta'aruf yang artinya perkenalan dalam norma-norma Islami. “Karena Islam sangat ketat sekali hubungan antara laki-laki dan wanita, apalagi yang bukan mahramnya,” ujarnya.
Seseorang boleh melakukan ta'aruf, kata dia, ketika sudah dewasa jiwa dan mentalnya. Ta'aruf merupakan pintu gerbang pertama untuk melakukan pengenalan sebelum menikah.
Selain itu, Islam tidak menganjurkan ta'aruf yang memakan waktu hingga bertahun-tahun. Karena, ta'aruf merupakan pengenalan masing-masing untuk memasuki anak tangga dalam proses pernikahan. “Jadi, harus cepat-cepat. Nabi mengajarkan segala sesuatu yang baik-baik itu sebaiknya dipercepat.”
Untuk meminimalisasi pintu pacaran, Habib Abdurrahman menyarankan setiap orang tua menanamkan nilai-nilai tentang malu kepada putra putrinya. Karena, nilai-nilai malu ini saat ini sudah hilang di kehidupan sosial. “Hadis Nabi mengatakan, malu itu tidak akan datang kalau tidak ada kebaikan-kebaikan,” katanya.
Jadi, kalau kita menginginkan generasi muda yang terbaik, kita harus menghidupkan kembali rasa malu. Bahkan, kata Habib Abdurrahman, dalam sebuah hadis sahih kalimat yang dikatakan oleh para nabi-nabi kepada para umatnya adalah kalimat malu.
“Jadi, kalau kalian tidak malu, lakukan semaumu. Jadi, orang-orang yang melakukan perbuatan yang memalukan adalah orang yang tidak memiliki rasa malu,” katanya.
Pakar parenting Islam Ustaz Iwan Yanur menambahkan, agama Islam sudah memberikan aturan bagi umatnya untuk menghindari mudarat dalam hubungan antarlawan jenis. Sosok wanita dan pria diberikan naluri saling menyukai, maka orang tua harus bisa mengendalikan naluri anak agar tidak terjadi hal-hal negatif.
“Kalau seandainya tidak ada batasan, seperti yang sekarang terjadi, kita bisa melihat fakta dan realitasnya banyak kasus kehamilan sebelum menikah,” ujarnya.
Ustaz Iwan mengatakan, Islam menyediakan wadah bagi pria dan wanita yang saling menyukai dalam ikatan pernikahan. Jalan menuju pernikahan pun diatur dengan niat dan cara yang baik.
“Kalau pacaran yang dilakukan kawula muda itu banyaknya bukan niat untuk menikah, tapi untuk penjajakan,” katanya.
Selain itu, pacaran yang dilakukan anak muda saat ini sebagai ajang uji coba dan aktivitas maksiat. “Seperti ciuman, petting sudah menjadi hal yang lazim, bahkan harus ada dalam pacaran,” katanya.
Ustaz Iwan mengingatkan, jika pasangan didapat dari hasil pacaran, akan sulit mendapatkan rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah, dan rasa saling percaya.
“Karena dua-duanya sudah sama-sama berbuat seperti itu, entah mungkin dengan laki-laki atau perempuan yang keberapa. Sehingga, nanti kalau sudah menikah, rasa percaya dalam pernikahan itu tipis sekali,” katanya.
Untuk itu, Ustaz Iwan menyarankan agar orang tua membekali anaknya dengan pemahaman yang benar menurut agama dalam pergaulan. Dan orang tua juga harus menyampaikan bahwa pernikahan itu harus dilakukan atas dorongan iman untuk menjaga diri dan kehormatan agar mendapatkan ridha dari Allah.
“Apalagi, seorang Muslim jika akan menikah diajurkan untuk istikharah, minta petunjuk kepada Allah. Apakah calon itu memang yang layak, yang terbaik menjadi pasangan dia,” ujar Ustaz Iwan.