Selasa 05 May 2020 12:53 WIB

Epidemiolog: Klaim Penurunan Laju Infeksi Covid Terlalu Dini

Pemerintah sebaiknya mengedepankan test massal sebelum ungkapkan penurunanan covid.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Agus Yulianto
Virus Corona (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Virus Corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyebut, masih terlalu dini bagi pemerintah Indonesia untuk mengklaim bahwa laju pertumbuhan kasus baru corona turun sebesar 11 persen. Dia mengatakan, pemerintah sebaiknya mengedepankan test massal sebelum mengungkapkan penurunanan jumlah kasus.

"Melihat jumlah penduduk dan juga fakta bahwa mayoritas kasus covid adalah asymptomatic, maka testing menjadi faktor kunci," kata Dicky Budiman kepada Republika di Jakarta, Selasa (5/5).

Dia mengatakan, tren penurunan suatu kasus pandemi seperti Covid-19 harus diperkuat dengan fakta surveillance ISPA dan Influenza-like Illness (ILI). Menurutnya, pemerintah saat ini belum mempertimbangkan data dan fakta secara komprehensif.

"Klaim keberhasilan pengendalian pandemi atau epidemi harus didukung kajian data yang valid dan juga relevan," kata Dicky lagi.

Dia menerangkan, ada beberapa fakta ilmiah yang menyebutkan kalau pandemi Covid-19 di dunia dan Indonesia masih akan berlangsung lama. Dia mengatakan, hal itu mengacu pada reporduksi kasus yang masih berada di atas 1 secara global.

Secara hitung-hitungan, penekanan penyebaran virus bergantung pada angka reproduksi menyusul belum adanya vaksin virus tersebut. Angka reroduksi 2 artinya satu orang terebut akan menularkan dua individu lainnya. Jika angka repoduksi menyentuh angka 3, maka satu orang dapat menularkan tiga warga lainnya.

"Indonesia saya prediksi di antara 2 hingga 3," kata Dicky terkait angka reproduksi penyebaran virus Corona.

Fakta lainnya, dia melanjutkan, adalah temuan Organiasai Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan baru sekitar tiga persen populasi dunia yang memiliki imunitas terhadap virus Covid. Dia megnatakan, artinya virus tersebut masih leluasa menyebar karena belum adanya kekebalan yang cukup bagi populasi masyarakat.

Dia meneruskan, hal utama lainnya adalah fakta bahwa Indonesia belum masuk fase puncak kurva pandemi Corona. Dia mengatakan, setiap kepulauan akan mengalami masa puncak kurva yang berbeda-beda.

"DKI kemungkinan besar akan mengalami puncak duluan, di awal atau pertengahan Juni," katanya.

Meski demikianm, dia mengapresiasi langkah pemerintah untuk meningkatkan jumlah tes Covid-19 terhadap masyarakat. Dia menegaskan, bahwa tes, begitu juga dengan pelacakan serta isolasi merupakan langkah penting yang harus dilakukan dalam mengendalikan penyebaran virus saat ini.

Dia menegaskan, virus Covid-19 tidak bisa dianggap remeh. Dia mengungkapkan, sebuah riset menemukan fakta bahwa virus tersebut memberikan pengaruh terhadap kerusakan organ di luar paru-paru. Dia mengatakan, hal itu bahkan terjadi pada hampir 50 persen kasus asymptomatic

Sebelumnya, pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengklaim ada penurunan laju  kasus baru Corona di Indonesia. Namun, pemerintah tetap meminta agar masyarakat tetap waspada dan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.

Sementara, data hingga Senin (4/5) sore WIB menunjukan bahwa tercatat ada 11.587 kasus positif Corona. Dengan kasus negatif sebanyak 74.474. Sementara ada jumlah masyarakat yang sembuh dari infeksi sebanyak 1.954 dan tercatat 864 kasus meninggal dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement