REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kekhawatiran masyarakat akan berkurangnya pangan di tengah Pandemi Covid-19 tak perlu dirisaukan. Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ittifaq di Kampung Ciburial, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat lebih dari dua dekade ini mengabdikan diri kepada masyarakat, untuk membantu para petani sekitarnya mencukupi kebutuhan pangan, terutama pada komoditas hortikultura seperti buah dan sayur.
Di tengah Pandemi, Ponpes Al-Ittifaq membuat sejumlah gebrakan agar bisnis di sektor ini terus ‘bernafas’. Mereka membuka layanan online untuk mendistribusikan produk para petani binaan mereka.
“Sudah kita layani (penjualan online) per 27 Maret kemarin,” ujar Ketua Koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq, A Setia Irawan dalam keterangannya saat dihubungi (5/5).
Warga cukup pesan melalui aplikasi Google Form. Selepas data terisi, Ponpes akan mendistribusikan langsung kepada masyarakat melalui transportasi online. Transaksi yang dilakukan sebelum pukul 14.00 bakal dikirim esok hari, sementara selepas jam 14.00 itu bakal dikirim lusa harinya.
Dia memaparkan bahwa tren penjualan melalui online cukup signifikan. Kebutuhan masyarakat akan sayur dan buah meningkat di tengah Pandemi. “Satu hari 40-60 permintaan,” ujar Irawan.
“Jadi memang sejak Covid-19 justru meningkat dari aspek penjualan. Untuk permintaan ke supermarket sampai 4-5 kali lipat,” lanjut Irawan.
Sebagai informasi, Pondok pesantren Al-Ittifaq sudah eksis di sektor agribisnis lebih dari dua dekade silam. Mereka melalui koperasinya merupakan salah satu distributor sayuran ke daerah Bandung dan Jabodetabek. Total ada 14 hektar lahan milik pesantren dan 135 hektar yang dikelola oleh sembilan kelompok tani.
Irawan memaparkan, pihaknya saat ini tengah membangun koneksi dengan ponpes-ponpes di Jawa Barat. Yakni bagaimana mengembangkan potensi sektor agronbisnis di pondok pesantren.
“Luar biasa besar potensi pesantren kita. Punya lahan, punya SDM (Sumber Daya Manusia), tinggal kita berdayakan,” tegas Irawan.
Dia yakin semakin bayak pesantren yang eksis di bidang agrobisnis, maka kebutuhan pangan nasional seperti buah dan sayur bisa dipenuhi secara mandiri. “Efek dominonya besar. Skala pemberdayaan ekonominya luar biasa. Al-Ittifaq sekarang sedang menuju ke arah itu,” tutup Irawan.
Terpisah, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto mengapresiasi banyaknya andil pondok pesantren seperti Al-Ittifaq. Anton-sapannya- mengaku sudah tahu kiprah ponpes tersebut sejak lama.
“Peran mereka semakin terasa ketika pandemi seperti sekarang. Bisa terlihat bagaimana dengan konsep pertanian yang terintegrasi seperti Ponpes Al-Ittifaq, mereka tetap eksis dan suplai terus berjalan,” ungkap Anton.
Selaras dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), lanjut Anton, pihaknya berkomitmen untuk membantu dan bersinergi dengan para stakeholder atau startup pertanian, salah satunya Ponpes seperti Al-Ittifaq.
“Belum lama kami sudah launching bersama Kedai Sayur dan Sandi Octa di Cianjur. Bagaimana menjembatani kesulitan para petani dalam hal distribusi. Kami dari Kementan sesuai arahan Pak Mentan akan membantu cost-cost distribusi para petani,” beber alumunus Universitas Brawijaya itu.