REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak 27 Maret 2020, Mushala Babul Khoir sudah melaksanakan imbauan social dan physical distancing pemerintah, MUI, dan PP Muhammadiyah. Hal itu dilakukan tidak lain demi memutus mata rantai pencegahan Covid-19.
Tapi, mushala tidak mati aktivitas. Tali silaturahim mushala dan jamaah yang biasa ada, terutama pada bulan suci Ramadhan, justru diinisiasi melalui cara lain yang tidak mengharuskan pertemuan fisik, salah satunya kultum virtual.
Ketua Takmir Mushola Babul Khoir, Sofriyanto mengatakan, kultum virtual itu memang jadi alternatif yang coba dibuat takmir mengingat aktivitas mushala secara fisik ditutup. Ia turut bersyukur penutupan bisa dipahamai jamaah.
"Kita tutup dengan tetap ada adzan dan yang shalat di mushala muadzin dan 1/2 orang saja, sedangkan jamaah yang lain melaksanakan shalat di rumah," kata Sofri, kepada Republika.co.id.
Setelah disetujui aktivitas ditutup, termasuk pengajian-pengajian dan TPA, takmir berpikir agar mushala tetap dapat memberikan pendampingan kepada jamaah. Sebab, takmir memiliki tanggung jawab besar untuk pembinaan.
Pembinaan yang dimaksud baik secara ruhaniyah keimanan maupun pembinaan atas kondisi sosial dan ekonomi yang jamaah sedang alami. Terlebih, komunikasi fisik terbatas membuat mereka tidak bisa melihat kondisi jamaah.
Selain itu, untuk bulan suci Ramadhan 1441 Hijriah, Mushala Babul Khoir sendiri sebenarnya sudah menjadwal pembicara-pembicara yang akan ceramah. Baik untuk mengisi saat buka puasa, Tarawih, maupun setelah shalat Subuh.
Dari sana, takmir berpikir untuk mengubah ceramah-ceramah yang dijadwalkan itu ke bentuk rekaman video atau audio selama 7-10 menit. Itu dilakukan agar tetap ada kedekatan psikologis antara pembicara dengan jamaah Babul Khoir.
"Saya minta tolong direkam maksimal 10 menit materi seperti bapak ceramah di depan umum, tapi juga ada sapaan-sapaan kepada jamaah Mushala Babul Khoir, biar lebih dekat, beda dengan ketika kita lihat ceramah di YouTube," ujar Sofri.
Takmir lalu menghubungi semua pembicara-pembicara yang sudah terjadwal. Bahkan, Sofri dan Takmir Bidang Pembinaan dan Pengkajian, memanfaatkan kolega-kolega untuk bisa mengisi ceramah selama Ramadhan untuk jamaah.
Sampai H-7 Ramadhan saja, mereka sudah berhasil mengumpulkan 41 rekaman. Oleh takmir-takmir yang mengerti teknologi, video yang didapat dikemas agar secara visual menarik, termasuk membuat versi podcast untuk yang cuma audio.
Setelah selesai, dilihat ada materi-materi yang ternyata terkait persiapan menyambut Ramadhan. Karenanya, kultum virtual sudah mulai dibagikan kepada jamaah sejak H-4 Ramadhan, terkait materi persiapan menyambut Ramadhan.
"Di luar pembicara yang sudah terjadwal, alhamdulillah kita bisa mengumpulkan kolega-kolega sedang kuliah di Arab Saudi, lalu ketua Muhammadiyah Australia yang mengirimkan tiga video," kata Sofri.
Ia menjelaskan, nama kultum virtual secara spontan saja diambil. Karenanya, kultum memang tidak berupa live streaming YouTube atau Facebook, tapi semua merupakan rekaman, tapi dikirim ke semua jamaah yang terdata sekitar 65 KK.
Sesuai pendataan, 65 KK itu hampir tidak ada satu rumahpun yang tidak miliki fasilitas WhatsApp. Baik melalui ponsel masing-masing jamaah, maupun melalui ponsel anak-anak atau cucu-cucu jamaah, jadi dikirimkan melalui WhatsApp.
"Dikirim rutin maksimal tiap habis adzan atau shalat Subuh oleh saya dan takmir bagian pembinaan, termasuk ke grup-grup Muhammadiyah, Aisyiyah, Angkatan Muda Muhammadiyah sekitar kampung, termasuk ke pembicara yang ditayangkan," ujarnya.
Dikirim setiap hari 1/2 materi, kultum virtual diberikan lengkap dengan caption-caption yang menerangkan pembicara dan pesan-pesan kepada jamaah. Takmir turut memantau jamaah-jamaah yang belum membuka video-videonya.
Dicek melalui anak-anak dan cucu-cucu jamaah agar video-video itu benar-benar sampai atau disampaikan kepada semua jamaah. Hal ini bertujuan agar jamaah secara psikologis merasa selalu diperhatikan Mushala Babul Khoir.
Selain itu, sebagai motivasi pada Subuh terakhir bulan dilaksanakan evaluasi dinamakan Evaluasi Akhir (Eva) Ramadhan. Takmir siapkan maksimal lima soal berbasis materi-materi yang disampaikan kepada jamaah lewat kultum virtual.
"Makanya, kalau ada jamaah yang sama sekali dalam satu rumah tidak ada yang bisa membeli paket internet untuk WhatsApp kita bantu, segera diisi mungkin untuk keperluan beberapa hari," kata Sofri.
Untuk anak-anak, yang mana TPA turut diliburkan, motivasi sementara memang dihadirkan secara material. Jadi, anak-anak kelas 1-5, maksimal kelas 6 yang satu Ramadhan bisa menghafalkan juz 30 disediakan hadiah minimal Rp 500 ribu.
Hadiah diberikan pada akhir Ramadhan kepada berapapun anak-anak yang bisa menghafal juz 30. Setelah dipetakan, takmir turut membagikan paket sembako ke guru-guru TPA dan 46 dari 65 jamaah yang secara ekonomi terdampak Covid-19.
Sofri bersyukur, timbal balik yang diberikan jamaah-jamaah terhadap kultum virtual sangat baik. Selain merasa diperhatikan, tali silaturahim mereka dengan mushala dirasa tetap terjalin di tengah-tengah pandemi Covid-19.
"Paling tidak itu jadi proses edukasi walaupun tidak beribadah di mushala, tapi tidak kehilangan kesempatan menuntut ilmu dan mendapatkan pahala yang banyak sebagaimana ke mushala," ujar Sofri.
Sebagian besar jamaah turut merasakan sebuah kebanggan tersendiri terhadap mushala mereka setelah selama ini kultum virtual disajikan. Takmir turut melakukan langkah-langkah antisipasi jika pandemi berlangsung sampai akhir Ramadhan.
Termasuk, kata Sofri, untuk pelaksanaan shalat Idul Fitri yang terus diberi pemahaman ke jamaah jika memang benar-benar tidak bisa dilaksanakan bersama. Ia bersyukur, sejauh ini jamaah-jamaah dapat memahami kondisi tersebut.
"Kita terus cari cara agar jamaah nantinya tetap bisa merasakan suasana Lebaran atau Idul Fitri walaupun di rumah masing-masing," katanya.