Selasa 05 May 2020 16:29 WIB

Musim Tanam II, Syahrul: 5,6 Juta Hektare Sawah Siap Ditanam

Percepatan musim tanam harus dilakukan mewaspadai ancaman krisis pangan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petani memikul benih padi yang akan di tanam pada lahan pertanian, ilustrasi.
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Seorang petani memikul benih padi yang akan di tanam pada lahan pertanian, ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, menyatakan pemerintah akan melakukan percepatan musim tanam padi kedua tahun 2020 sebagai antisipasi musim kemarau panjang. Ia menyatakan, daerah sentra yang telah melewati masa panen langsung dipersiapkan untuk melakukan penanaman benih padi demi memanfaatkan ketersediaan air.

"Panen raya sudah kita lakukan dari total lahan sekitar 7,46 juta hektare sawah. Sesudah itu, ada 5,6 juta hektare sawah maksimal yang akan segera dilakukan penanaman," kata Syahrul dalam sebuah diskusi online, Selasa (5/5).

Baca Juga

Syahrul menuturkan, 5,6 juta hektare sawah yang akan dipersiapkan untuk musim tanam kedua merupakan bagian dari lahan baku sawah terverifikasi seluas 7,46 juta hektare. Ia menjelaskan, percepatan musim tanam harus dilakukan mewaspadai ancaman krisis pangan di depan mata.

Ancaman yang dimaksud yakni musim kemarau panjang yang akan terjadi pada semester kedua 2020. Hal itu menyusul peringatan dari Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) kepada para negara produsen pangan.

"Ancaman kita pertama cuaca, bencana alam, dan sekarang tentu virus corona. Itulah kenapa kita harus lakukan percepatan tanam," kata Syahrul.

Ia melanjutkan, dari perkiraan luas tanam itu, diharapkan produktivitas padi berkisar 5-6 ton per hektare sehingga diperoleh lebih dari 20 juta ton gabah kering giling (GKG) atau sekitar 12 juta ton beras. Menurut dia, tantangan hama padi untuk tahun ini diperkirakan tidak akan besar sehingga produktivitas dapat terus dipacu.

Selain itu, Syahrul menuturkan, masih diperlukan tambahan produksi 1 juta ton agar persediaan awal tahun 2021 dalam koridor aman. Oleh sebab itu, ia menyatakan terdapa dua provinsi yang sudah disiapkan oleh pemerintah untuk perluasan area pertanaman.

Area tersebut merupakan lahan rawa seluas 400 ribu hektare dan lahan kering 200 ribu hektare. "Kurang lebih ada 600 ribu hektare, produktivitasnya kalau bisa minimal 3 ton per hektare kita bisa dapat 1,8 juta ton GKG atau setidaknya setara 900 ribu ton beras," kata dia.

Syahrul mengatakan, jika hitung-hitungan pemerintah dan rencana Kementan berjalan lancar, persediaan akhir tahun beras nasional bisa mencapai 3 juta ton. Menurut dia, volume itu aman hingga masuk kepada musim panen pertama di tahun depan.

"Neraca normal kita di akhir Desember 2020 ke Januari 2021 itu hanya 1,8 juta ton. Sehingga kita butuh tambahan produksi agar bisa bertahan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement